У нас вы можете посмотреть бесплатно LOMBA OGOH OGOH JEMBRANA TAHUN 2023, "NYAI", Br. Banyubiru, Kec. Negara, Kab. Jembrana или скачать в максимальном доступном качестве, которое было загружено на ютуб. Для скачивания выберите вариант из формы ниже:
Если кнопки скачивания не
загрузились
НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу
страницы.
Спасибо за использование сервиса ClipSaver.ru
Dalam bahasa bali Nyai merupakan panggilan untuk perempuan dalam kata kasar. Namun dalam bahasa Jawa Nyai adalah panggilan untuk wanita terhormat dan juga gelar yang diberikan pada seorang perempuan penguasa suatu wilayah. Karya ogoh ogoh ini merupakan gambaran seorang wanita yang di lihat dari sisi kelembutan dan sisi kerasnya (amarah), yang mana sisi kelembutan seorang wanita akan berubah menjadi sisi keras atau kemarahan ketika kehormatan dan juga martabatnya di lecehkan. Yang mana hal tersebut bisa mengakibatkan suatu kehancuran Wanita dalam berbagai peradaban memiliki peran penting dan strategis untuk memutar cakra kehidupan alam semesta, namun tidak sedikit wanita yang mengalami nasib tragis seperti itu dan kenyataan ini juga masih terjadi dalam peradaban modern sekarang ini. Dalam penggambaran purusa dan predana, dimana jika wanita tidak dihormati dan dihargai oleh laki laki (purusa), kelembutan wanita(predana) akan berubah menjadi sifat durga atau amarah yang akan membuat kehancuran (pralina) di dalam kehidupan. Karya ini di ambil dari permasalahan social di masyarakat yaitu, kekerasan dalam kehidupan rumah tangga (KDRT), mengisahkan seorang wanita(predana) yang sudah menjalankan semua kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai istri dengan rasa penuh tulus ikhlas dan tidak pernah mengeluh tetapi seorang lelaki (purusa) tidak bisa menjaga kerhormatan dan martabat istrinya, akibat dari tekanan dan kekerasan yang bertubi-tubi mengakibatkan titik puncak kemarahan seorang Wanita sehingga memperlihatkan Wujud kemarahanya (durga) yang dapat mengakibatkan kehancuran (pralina) . Berdasarkan Manawa Dharmasastra III. 56 - 58 Disebutkan bahwa antara wanita dan pria diumpamakan sebagai tangan kanan dan tangan kiri yang tidak dapat dipisahkan dalam satu masyarakat yang utuh. Mereka mempunyai kedudukan yang sama namun fungsi dan tugas serta kewajiban yang berbeda sesuai dengan guna karma (kodrat) dan swadharmanya masing-masing. Namun disaat semua pengorbanan wanita ternodai dan tidak dihormati maka disana hanya akan ada kehancuran