У нас вы можете посмотреть бесплатно SESANTI MARTOPURO - JAWA TIMUR - Juara 1- Festival Seni Pertunjukan Pelajar 2016 - Se jawa dan bali или скачать в максимальном доступном качестве, видео которое было загружено на ютуб. Для загрузки выберите вариант из формы ниже:
Если кнопки скачивания не
загрузились
НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием видео, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу
страницы.
Спасибо за использование сервиса ClipSaver.ru
Koreografer : MOHAMMAD ROBITHOH ANSHORI S.Pd Komposer : Bima Atyaasin Annur Karya ini mengisahkan tentang perasaan dan perjalanan raden Martopuro untuk mempertahankanMenjelang peringatan pergantian tahun (peringatan malam tahun baru) 31 Desember 1882 tuan asisten Residen Antonny Willem Viensem mengadakan peta pergantian tahun baru di pendopo, semua pegawai mulai berpangkat rendah sampai tinggi wajib menghadiri dengan berbaju Jawa beskap. Raden Martopuro-pun juga hadir. Ketika pesta berakhir Raden Martopuro merayu kepada pegawai asisten untuk bisa menghadap tuan Asisten Residen, pesannya ia akan meminta maaf atas kejadian di gudang kopi Bungkal. Ketika itu tuan Asisten Residen sudah berganti pakaian tidur namun begitu ia mau bertemu dengan Raden Martopuro di Pendopo (ruang pertemuan depan). Tuan asisten Residen kurang waspada ketika mengulurkan tangan akan bersalaman dengan cepat Raden Martopuro menghunuskan kerisnya ke perut tuan asisten Residen. Sehabis membunuh tuan asisten residen Raden Martopuro masih membunuh pengawal dan pegawai asisten lalu melarikan diri. Malam itu juga Ponorogo geger pegawai Belanda setingkat wakil gubernur dibunuh pribumi, tentara Belanda dari Madiun dikerahkan untuk menangkap Raden Martopuro. Karena tidak berhasil menagkap maka anak, istri, serta ibu Raden Martopura di tangkap dan dijebloskan ke penjara. martabat keluarga dan bangsa yang dileceh Belanda. Raden Martopuro adalah bangsawan dari Ponorogo, ia masih keturunan Raden Katong (bupati ponorogo I), ia bersahabat dengan bekas berandalan yang bernama Nurkandam, mereka berdua satu perguruan. Jaman muda ia nyuwito(ikut) Kanjeng Jimad Bupati Pacitan, selain mengabdi mereka berguru kepadanya. Sejak saat itu mereka berdua akan setia dalam keadaan suka dan duka. "Ngisor galeng nduwur galeng, mbeguru bareng mati yo bareng" janji mereka semasa muda. Yang artinya peribahasa tersebut, atas pematang bawah juga pematang, seneng susah selalu bersama, meski mati juga bersama. Pada jaman perang Diponegoro mereka berdua disuruh bergabung ikut perang dan mengikuti Pangeran Diponegoro, kebetulan waktu itu Pangeran Diponegoro mengungsi sambil perang gerilya di daerah Nglorok Pacitan dan Baosan (pegunungan perbatasan Ponorogo-Pacitan). Sementara Ponorogo dikuasai oleh pemerintahan Belanda yang dipimpin oleh seorang asisten Residen. Menjelang berakhirnya perang Diponegoro mereka diberi pilihan oleh Pangeran Diponegoro ketika mencapai perbatasan Gupernemen (batas wilayah pemeritahan Kasunanan dengan wilayah yang dikuasai pemerintah Belanda). Mereka boleh terus ikut ke jawa Tengah atau kembali ke daerahnya masing-masing. Raden Martopuro memilih pulang ke Bungkal kerumah orangtuanya, sementara Nurkhandam kembali ke desanya di BandarAlim. Ketika ayahnya meninggal Raden Martopuro menggantikan ayahnya menjadi Mantri Gudang Kopi di Bungkal, sampai menikah dan mempunyai anak. Menjelang peringatan pergantian tahun (peringatan malam tahun baru) 31 Desember 1882 tuan asisten Residen Antonny Willem Viensem mengadakan peta pergantian tahun baru di pendopo, semua pegawai mulai berpangkat rendah sampai tinggi wajib menghadiri dengan berbaju Jawa beskap. Raden Martopuro-pun juga hadir. Ketika pesta berakhir Raden Martopuro merayu kepada pegawai asisten untuk bisa menghadap tuan Asisten Residen, pesannya ia akan meminta maaf atas kejadian di gudang kopi Bungkal. Ketika itu tuan Asisten Residen sudah berganti pakaian tidur namun begitu ia mau bertemu dengan Raden Martopuro di Pendopo (ruang pertemuan depan). Tuan asisten Residen kurang waspada ketika mengulurkan tangan akan bersalaman dengan cepat Raden Martopuro menghunuskan kerisnya ke perut tuan asisten Residen. Sehabis membunuh tuan asisten residen Raden Martopuro masih membunuh pengawal dan pegawai asisten lalu melarikan diri. Malam itu juga Ponorogo geger pegawai Belanda setingkat wakil gubernur dibunuh pribumi, tentara Belanda dari Madiun dikerahkan untuk menangkap Raden Martopuro. Karena tidak berhasil menagkap maka anak, istri, serta ibu Raden Martopura di tangkap dan dijebloskan ke penjara.