У нас вы можете посмотреть бесплатно Kekerasan Terhadap Perempuan di Sikka Masih Tinggi или скачать в максимальном доступном качестве, видео которое было загружено на ютуб. Для загрузки выберите вариант из формы ниже:
Если кнопки скачивания не
загрузились
НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием видео, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу
страницы.
Спасибо за использование сервиса ClipSaver.ru
Kekerasan terhadap perempuan dan anak terus mengalami peningkatan baik kasus yang ditangani oleh Tim Relawan untuk Kemanusiaan (TRuK) maupun oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlinudngan Perempuan dan Anak (UPTD PPA). Pada tahun 2024 jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Sikka sebanyak 139 kasus dengan rincian, kekerasan terhadap anak sebanyak 78 kasus dan terhadap perempuan dewasa sebanyak 61 kasus. “Permasalahan kekerasan terhadap perempuan di Kabupaten Sikka masih tinggi,” ungkap Maria Angelorum Mayestati, seorang tokoh perempuan, Kamis (7/3/2025). Mayestati dalam Musrembang RKPD Kabupaten Sikka Tahun 2026 di aula Sikka Convention Center (SCC),mengatakan, korban kekerasan marak sekali di Sikka baik kekerasan seksual maupun kekerasan fisik. Ia sesalkan minimnya kebijakan anggaran terhadap perempuan termasuk anggaran untuk Wanita Rentan Sosial Ekonomi (Warsostek) sehingga masa kepemimpinan bupati dan wakil bupati Sikka yang baru perlu ditingkatkan. “Banyak perempuan yang hidupnya sulit baik perempuan korban kekerasan, mereka yang ditinggal suami serta para janda yang hidupnya sulit,” ucapnya. Mayestati berharap agar ada perbaikan di shelter untuk korban kekerasan terhadap perempuan dan anak sebab ia menilai shelter yang ada belum representative. Ia berharap agar shelter korban kekerasan tersebut hendaknya dibuat lebih layak dan permasalahan kekerasan terhadap perempuan dan anak perlu mendapatkan perhatian serius. “Kepemimpinan bupati dan wakil bupati Sikka yang baru hendaknya berpihak terhadap perempuan dan anak,” pintanya. Pemerintah Kabupaten Sikka pun telah berupaya dengan pembentukan UPTD PPA yang berada di bawah Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (P2KBP3A) Kabupaten Sikka. Kepala Dinas P2KBP3A Kabupaten Sikka, Petrus Herlemus pun mengakui shelter untuk korban kekerasan terhadap perempuan dan anak masih belum memadai sehingga perlu ada pembenahan. Petrus katakan, jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak meningkat tajam setelah pembentukan UPTD PPA dimana sebelumnya hanya sedikit namun setelah terbentuk 3 bulan kasus yang ditangani melonjak hingga 100 kasus. "Hampir setiap hari ada laporan yang masuk ke UPTD PPA sementara sarana dan pra sarana yang ada di kantor ini masih sangat belum memadai,” ungkapnya. Kekerasan terhadap perempuan dan anak yang terjadi di Kabupaten Sikka menurut data P2KBP3A, jenis kekerasan yang dialami anak-anak meliputi kekerasan fisik, psikis, intimidasi, penelantaran anak dan perampasan hak-hak anak. Sementara kekerasan yang dialami perempuan dewasa meliputi kekerasan fisik, ingkar janji perkawinan, tidak diurus secara adat dan pasangan yang menikah lagi. Selama tahun 2022 Polres Sikka menerima laporan sedikitnya 20 kasus kekerasan seksual terhadap anak. Sementara pada tahun 2023 jumlah kasus yang ditangani meningkat menjadi 28 kasus.