У нас вы можете посмотреть бесплатно DARI BANDAR ACEH DARUSSALAM MENJADI KUTARAJA ||CARA BELANDA MENGABURKAN SEJARAH KITA или скачать в максимальном доступном качестве, видео которое было загружено на ютуб. Для загрузки выберите вариант из формы ниже:
Если кнопки скачивания не
загрузились
НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием видео, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу
страницы.
Спасибо за использование сервиса ClipSaver.ru
BEK LHOH DRO LAM SEUPOT Bandar Aceh Darussalam berubah namanya menjadi Koetaradja melalui surat keputusan Gubernur Jenderal di Batavia yang disahkan pada 16 Maret 1874. Atas nama Koetaradja tampilan wajah kota ditukar menjadi arena pamer berhala dan salib. Kemauan Kolonial untuk mewariskan kota pendudukan sebagai identitas baru menggantikan identitas kota lama Bandar Aceh Darussalam begitu nyata. Kolonial Belanda telah mengubah rupa kota kesultanan. Kejatuhan pusat pemerintahan Aceh Darussalam ke tangan Belanda berimplikasi pada derasnya konsep tata ruang Eropa yang masuk ke ruang kota lama, lalu mendominasinya. "Bandar Aceh Darussalam" akhirnya lenyap dalam rongga zaman yang gelap, dan kini, tampaknya, tak ada seorang pun lagi yang menyimpan rekaman rupa kota kesultanan ini secara lebih utuh. Bandar Aceh Darussalam hakikatnya telah lama memudar, lebih dari satu abad yang lampau. Kota Banda Aceh jelas lebih mencirikan kota-kota pendudukan Belanda di Indonesia daripada Bandar Aceh Darussalam yang telah berumur ratusan tahun. Citra Bandar Aceh Darussalam yang sudah mengekal sejak ratusan tahun itu dalam tempo yang tidak sampai setengah abad saja menjadi pupus dan kian hari makin seperti layaknya kota yang tidak pernah wujud saja; terlupakan. Maka, patut untuk disadari, bagaimana imperialisme telah berhasil memutuskan banyak sekali keterkaitan antara Aceh dan masa lampaunya yaitu Bandar Aceh Darussalam sebagai sebuah ibukota bersejarah di dunia, terutama di Dunia Islam, di mana berbagai kegiatan da'wah Islam, pemerintahan, perekonomian, keilmuan dan kebudayaan telah berlangsung di kota ini sejak ratusan tahun yang silam. Kota Banda Aceh tidak sekadar sebagai tempat untuk mengais rezeki, atau tempat untuk mencapai target-target pribadi atau kelompok, tapi juga sebagai "Bandar Aceh Darussalam". Atas inisiatif Gubernur Aceh Ali Hasjmy dan rekan-rekan, Koetaradja diganti namanya menjadi Banda Aceh, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah, Nomor: Des.52/I/43-43 tanggal 9 Mei 1963. Slogan "Koetaradja Kota Pusaka" kembali muncul di kota ini, bahkan tidak sampai disitu, kehendak mengembalikan Koetaradja begitu bergairah, Koetaradja terus dipaksakan dalam ingatan warga Kota Banda Aceh melalui bus Trans Koetaradja yang setia melayani warga setiap harinya. Pada hakikatnya Koetaradja merupakan periode kekalahan yang cukup besar, zaman paling mundur dalam sejarah Aceh, sebaliknya kemenangan bagi kolonial. Tidak patut kita bercermin pada zaman kegelapan. "Bek lhoh droe lam supot"