У нас вы можете посмотреть бесплатно Tidur, Bangun, dan Catatan yang Tak Pernah Berhenti Menulis или скачать в максимальном доступном качестве, видео которое было загружено на ютуб. Для загрузки выберите вариант из формы ниже:
Если кнопки скачивания не
загрузились
НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием видео, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу
страницы.
Спасибо за использование сервиса ClipSaver.ru
Tidur, Bangun, dan Catatan yang Tak Pernah Berhenti Menulis. #Tafsir TAFSIR 1 SEPTEMBER 2025 Allah berfirman: “Dialah yang mewafatkan kalian di malam hari, mengetahui apa yang kalian lakukan di siang hari, lalu membangkitkan kalian di dalamnya agar sempurna ajal yang telah ditentukan. Kemudian kepada-Nya kembalimu, dan Dia akan memberitakan apa yang dulu kalian kerjakan.” (QS. al-An‘ām: 60) Ayat ini diturunkan sebagai teguran halus namun tajam bagi kaum kafir yang meragukan hari kebangkitan. Di sinilah keindahan susunannya: setelah menyebut “mewafatkan di malam hari”, logika biasa mengharapkan lanjutan “lalu membangunkan kalian”. Tapi Allah sengaja menyisipkan satu jeda penting: “dan mengetahui apa yang kalian lakukan di siang hari.” Ini bukan kebetulan redaksi, melainkan penekanan bahwa amal adalah inti dari ujian hidup. Tidur dan bangun hanyalah kerangka; yang sesungguhnya dihitung adalah bagaimana kau isi siangmu. Perhatikan pula pilihan katanya: Allah tidak berkata “menidurkan”, tapi “mewafatkan” (yatawaffākum). Dalam bahasa Arab, (tawaffā) berarti mengambil nyawa secara utuh—seperti kematian. Memang, tidur adalah “kematian kecil”. Saat itu, ruh sebagian diambil oleh-Nya. Hanya Allah yang tahu hakekat ruh. Dan betapa besar rahmat-Nya: tidur datang begitu alami, padahal banyak yang merindukannya tapi tak kunjung bisa. Bahkan rasa kantuk—yang datang tanpa tenaga—disebut dalam riwayat sebagai kekuatan yang mengalahkan manusia, bahkan lebih perkasa dari gunung, besi, api, atau angin. Yang mampu melawan beban hidup hanyalah (dzikrullāh), sekecil apa pun bentuknya. Ayat ini juga menyimpan hikmah tersembunyi bagi orang kafir. Mereka tetap dibangunkan setiap pagi, bukan karena Allah ridha atas kekufuran mereka, tapi agar sempurna jatah hidup yang telah ditetapkan—dan juga sebagai pelunasan atas kebaikan kecil yang pernah mereka lakukan. Harta, jabatan, kebahagiaan duniawi: itu semua bisa jadi “bayaran lunas” di dunia. Kelak di akhirat, ketika mereka meminta balasan atas kebaikan itu, Allah berfirman: “Itu sudah Kami berikan—dan kau telah menghabiskannya.” Namun bagi yang beriman, bangun pagi bukan sekadar kelanjutan hidup, tapi kesempatan akhir untuk kembali. Setiap napas baru adalah ampunan yang menunggu diminta, amal yang rindu untuk ditunaikan. Allah Maha Mengetahui segala yang kau lakukan—yang tampak maupun tersembunyi. Dan kelak, tak satu pun amal akan terlupa: kebaikan sekecil dzarah pun akan dibalas; kejahatan sekecil itu pun tak akan luput. Maka, setiap kali mata terpejam, ingatlah: itu bukan akhir, tapi ujian diam-diam. Dan setiap kali kau terbangun, sadarilah: itu bukan jaminan umur panjang, melainkan panggilan lembut dari Yang Maha Hidup—agar kau gunakan sisa waktumu bukan untuk menumpuk dunia, tapi menabung cahaya akhirat. Karena hidup bukan soal berapa lama kau tidur dan bangun… tapi apa yang kau bawa saat tidur terakhir datang—dan tak ada lagi bangun. #TafsirAlQuran #QSAlAnam60 #RahasiaTidurDalamIslam #AllahMencatatSemuaAmal #KebaikanTidakPernahSiaSia #BalasanAmalDiDuniaDanAkhirat #HikmahTidurDanBangun #KeadilanAllah #RenunganAkhirat #TafsirIbnuKatsir #TafsirAlTabari #KisahDanHikmah #PeringatanUntukKaumKafir #HidupAdalahUjian #DzikirDanKetenangan