У нас вы можете посмотреть бесплатно Awal Mula Jenderal Yani Terkesan dengan Sosok DI Pandjaitan или скачать в максимальном доступном качестве, видео которое было загружено на ютуб. Для загрузки выберите вариант из формы ниже:
Если кнопки скачивания не
загрузились
НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием видео, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу
страницы.
Спасибо за использование сервиса ClipSaver.ru
Awal Mula Jenderal Yani Terkesan dengan Sosok DI Pandjaitan Ini sekelumit kisah awal mula Jenderal Achmad Yani terkesan dengan DI Pandjaitan. DI Pandjaitan yang dimaksud adalah Mayjen Anumerta Donald Isac Pandjaitan, salah satu Pahlawan Revolusi yang jadi korban kebiadaban komplotan G30S PKI pada awal Oktober 1965. Jenderal Achmad Yani adalah atasan DI Pandjaitan yang juga jadi korban kebiadaban komplotan Gerakan 30 September atau G30S PKI pada dini hari awal Oktober 1965. Dikisahkan dalam buku," Pandjaitan, Gugur dalam Seragam Kebesaran," yang disusun Marieke Pandjaitan, istri DI Pandjaitan sendiri, kala DI Pandjaitan masih bertugas sebagai Atase Militer di Jerman Barat dengan pangkat Kolonel. Dikisahkan dalam buku tersebut, saat pemerintah Belanda masih keras kepala tidak bersedia menyerahkan kembali Irian Barat ke pangkuan Indonesia. Sikap keras kepala Belanda itu disikapi dengan keras pula oleh pemerintah Indonesia yang bertekad melaksanakan Trikora untuk merebut Irian Barat dari tangan Belanda. Kemudian Komando Tertinggi Pembebasan Irian Barat pun dibentuk. Ahmad Yani yang ketika itu masih Brigadir Jenderal ditunjuk menjadi Ketua Staf Operasi, dan selanjutnya diresmikan Komando Mandala dengan Brigadir Jenderal Soeharto sebagai Panglima Mandala. Untuk melengkapi persenjataan Indonesia dalam rangka pelaksanaan Trikora, Misi Yani berkunjung ke negara-negara Eropa untuk membeli senjata yang diperlukan. Karena DI Pandjaitan sebagai Atase Militer telah membina hubungan baik dengan pimpinan militer dan pemerintahan Jerman Barat, maksud dan tujuan Misi Yani tidak menemui kesulitan. Untuk lebih cepat mencapai persetujuan terakhir, pihak Jerman Barat ingin bertemu dengan pimpinan tertinggi militer Indonesia. Maka Misi Yani itu diikuti dengan datangnya KSAD Jenderal Nasution di Bonn, Jerman Barat. Saat itu Brigadir Jenderal Soeharto ikut menyertai Misi Nasution. Di Jerman Barat, DI Pandjaitan mempertemukan.Jenderal Nasution dan rombongannya dengan Kanselir Jerman Barat dan Menteri Pertahanan Franz Josef Strauss. Pihak pemerintah Jerman Barat sangat terkesan pada Misi Nasution, dan menyatakan bahwa senjata apa saja dapat dibeli oleh Indonesia. Jenderal Nasution yang kagum atas kesediaan pemerintah Jerman Barat itu lantas bertanya, apakah tidak terikat dan terbatas oleh NATO. Atas pertanyaan itu Jenderal Nasution, Franz Josef Strauss menjawab: "Memang Jerman Barat anggota NATO. Adapun Indonesia atau Asia bukan anggota NATO. Karena itu Jerman Barat bebas menjual persenjataannya tanpa berbicara lebih dulu dengan anggota lain." Rupanya, pendekatan yang telah dirintis oleh Atase Militer Indonesia cukup punya pengaruh. Sehingga pembelian senjata yang diperlukan oleh Indonesia dalam perjuangan pembebasan Irian Barat bisa diwujudkan. Misi Yani pun berhasil. Kontrak pembelian itu mendapat sebutan "KOYA" singkatan dari Kontrak Yani. Menurut Marieke Pandjaitan, sejak saat itulah, Jenderal Yani mulai terkesan dengan sosok DI Pandjaitan. Mungkin karena penilaian yang baik itu pula dari Jenderal Yani, maka begitu Jenderal Yani diangkat menjadi KSAD, DI Pandjaitan diambilnya sebagai Asisten IV di Markas Besar Angkatan Darat. Diapari Gultom, sahabat dekat DI Pandjaitan punya cerita lain. Menurut Diapari dalam rangka pembelian peralatan bengkel mobil dan tank, DI Pandjaitan berhubungan dengan Herr Schober dari MATRA GmbH di Frankfurt. "Saya sendiri tentu tak banyak tahu tentang jual beli aat-alat itu. Itu rahasia suarni saya, dan saya pun tidak ingin tahu tentangnya waktu itu. Yang tahu agak banyak tentang ini barangkali Aswismarmo, asisten suarni saya waktu di Bonn yang kemudian jadi Sekjen Depdagri mengenai pembelian-pembelian itu," tutur Marieke.