У нас вы можете посмотреть бесплатно Sejarah Kota Samarinda Kalimantan Timur || Kota Tepian или скачать в максимальном доступном качестве, видео которое было загружено на ютуб. Для загрузки выберите вариант из формы ниже:
Если кнопки скачивания не
загрузились
НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием видео, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу
страницы.
Спасибо за использование сервиса ClipSaver.ru
Samarinda, ibu kota Provinsi Kalimantan Timur, memiliki lintasan sejarah yang panjang dan kaya, mencerminkan pertemuan antara budaya lokal, kekuatan kolonial, serta dinamika pembangunan modern. Awal mula keberadaan kota ini dapat ditelusuri sejak abad ke-17, ketika sekelompok dari Kesultanan Banjar menetap di tepi Sungai Mahakam. Di susul pada tahun 1668 edatangan kelompok migran Bugis dari Sulawesi Selatan membuka perkampungan yang kemudian dikenal sebagai Samarinda. Nama "Samarinda" diyakini berasal dari kata "samar" dan "rinda," yang menggambarkan kedataran permukaan tanahnya, menandai semangat egaliter dan kesederhanaan masyarakat awal. Perkembangan kota ini dipengaruhi oleh letaknya yang strategis di sepanjang aliran Sungai Mahakam, yang menjadi jalur penting perdagangan dan mobilitas manusia sejak masa lampau. Pada masa kolonial Belanda, Samarinda berkembang menjadi pusat perdagangan hasil bumi seperti rotan, kayu, dan hasil hutan lainnya. Belanda juga membangun pelabuhan dan infrastruktur yang mempercepat pertumbuhan ekonomi kawasan ini. Di masa penjajahan Jepang (1942–1945), Samarinda mengalami masa sulit, tetapi infrastruktur dasar yang dibangun tetap menjadi fondasi bagi perkembangan pasca-kemerdekaan. Setelah kemerdekaan Indonesia, Samarinda menjadi kota yang terus tumbuh, terutama sejak ditetapkan sebagai ibu kota Kalimantan Timur. Perekonomian berbasis sumber daya alam seperti pertambangan batu bara, kehutanan, dan migas menjadikan kota ini sebagai salah satu motor penggerak ekonomi regional. Lintasan sejarah Samarinda juga ditandai oleh keragaman etnis dan budaya, dengan kehadiran suku Dayak, Kutai, Banjar, Bugis, Jawa, dan Tionghoa yang hidup berdampingan. Hari ini, Samarinda bukan hanya kota industri dan perdagangan, tetapi juga simpul penting dalam pembangunan Kalimantan.