У нас вы можете посмотреть бесплатно Sejarah Mesjid Penyengat (Mesjid Raya Sultan Riau di Pulau Penyengat) или скачать в максимальном доступном качестве, видео которое было загружено на ютуб. Для загрузки выберите вариант из формы ниже:
Если кнопки скачивания не
загрузились
НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием видео, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу
страницы.
Спасибо за использование сервиса ClipSaver.ru
Masjid Penyengat Sebagai Masjid Raya Sultan Riau yang bersejarah. Saat pada akhir November 2022, kondisi Masjid ini sedang dalam perawatan. Masjid Raya Sultan Riau Penyengat atau sering disebut Masjid Penyengat adalah sebuah masjid di Pulau Penyengat yang dibangun dan dikembangkan oleh Yang Dipertuan Muda Raja Abdul Rahman, berdasarkan seruannya pada 1 Syawal 1248 Hijriyah, atau tahun 1832 Masehi.Seruan Yang Dipertuan Muda Raja Abdul Rahman ini, dengan memandang kondisi masjid lama Penyengat yang terbuat dari kayu, tidak cukup menampung jemaah masjid. Mesjid lama dibangun antara tahun 1761 sampai tahun 1812, yang berlantai bata, dan dilengkapi sebuah menara setinggi 6 meter. Raja Abdul Rahman adalah Yang Dipertuan Muda Riau ke-7, yang memerintah pada tahun 1831, sampai dengan tahun 1844. Yang Dipertuan Muda Raja Abdul Rahman merupakan anak dari Yang Dipertuan Muda Raja Jaafar, dan cucu dari Raja Haji Fisabilillah. Pulau Penyengat itu sendiri, merupakan pulau bersejarah dalam masa Kesultanan Riau-Lingga. Pulau seluas 240 hektar ini, merupakan hadiah dari Sultan Mahmud kepada istrinya yang bernama Engku Hamidah. Masjid Penyengat yang bernama lengkap Masjid Raya Sultan Riau Penyengat, merupakan Benda Cagar Budaya tahun 2007. Penetapan Benda Cagar Budaya ini kemudian ditingkatkan menjadi Benda Cagar Budaya Nasional, yang telah ditetapkan Pemerintah Republik Indonesia melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 2018. Masjid Raya Sultan Riau di Pulau Penyengat dikelola oleh Pemerintah Kota Tanjung Pinang melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Berlokasi di Kampung Jambat, Kelurahan Penyengat, Kecamatan Tanjung Pinang, Provinsi Kepulauan Riau. Dari Tanjung Pinang, masjid bersejarah ini dapat dicapai dengan menggunakan pompong atau perahu bermesin. Berjalan kaki sedikit dari pelabuhannya, akan sampai di masjid. Posisinya yang tinggi merupakan pilihan strategis Raja Abdul Rahman, agar masjid dapat terlihat dari Tanjung Pinang, yang saat itu menjadi pos kekuasaan Belanda.Masjid Penyengat akhirnya selesai dibangun pada masa pemerintahan Yang Dipertuan Muda Raja Ali, yang memerintah antara tahun 1844, sampai dengan tahun 1857. Yang Dipertuan Muda Raja Ali adalah Yang Dipertuan Muda Riau ke-8, dan merupakan saudara Yang Dipertuan Muda Raja Abdul Rahman. Masjid yang berukuran 29 kali 19 meter ini memiliki 4 buah tiang utama terbuat dari beton, dan dilengkapi dengan 7 pintu dan 6 jendela besar. Menara sebanyak 4 buah berdiri kokoh setinggi 19 meter, pada setiap sudut masjid. Area masjid seluas 54 kali 32 meter dilengkapi dengan bangunan lain berupa 2 balai, 2 rumah sotoh, dan tempat wudhu. Anak tangga yang berjumlah 13 buah ini membuat masjid menjadi lebih tinggi, dan masjid ditutupi oleh 13 buah kubah, serta total kubah di area masjid sebanyak 17 buah kubah. Memiliki gaya arsitektur campuran Melayu, Arab, India dan Turki, masjid ini memiliki dinding sangat tebal terbuat dari batu bata. Komponen perekat dinding merupakan campuran putih telur, pasir, tanah liat dan kapur yang membuat masjid ini sangat kokoh. Putih telur digunakan berdasarkan pengetahuan dan sumbangan pedagang India di Singapura. Telur-telur yang awalnya untuk bahan pangan pekerja, akhirnya juga dipakai untuk campuran perekat dinding masjid. Berdasarkan tahun Masjid Raya Sultan Riau di Penyengat ini dibangun, maka Masjid ini merupakan masjid pertama yang memiliki kubah di nusantara. Ini mencerminkan dominasi Islam dan pengaruh Arab di wilayah ini sangatlah kuat. Terdapat benda unik di dalam Masjid Penyengat ini, yaitu mushaf Al Quran tulisan tangan Abdurrahman Stambul, yang dibuat tahun 1867, dan dapat dilihat di depan pintu mesjid. Sedangkan mushaf Al Quran karya Abdullah Al Bugisi tahun 1752, disimpan rapi oleh pengurus masjid dan tidak diperlihatkan kepada publik, mengingat usianya yang sangat tua dengan kondisi riskan dan rusak. Masjid Raya Sultan Riau di Penyengat atau biasa disebut Masjid Penyengat ini senantiasa menarik pengunjung dari berbagai penjuru negeri. Sumber gubahan teks, foto, peta, dan audio: http://kebudayaan.kemdikbud.go.id Mushaf Al Quran di Mesjid Penyengat https://seamushaf.kemenag.go.id/ Ali Fahrudin. Pusat Kajian Islam Melayu: Studi Peran Masjid Sultan Riau Masa Lalu. https://jlka.kemenag.go.id/index.php/... Foto Mesjid Penyengat lama tahun 1885, 1941/1953 Digital Collections of Leiden University Libraries https://digitalcollections.universite... Peta Kesultanan Riau-Lingga 1883 dan 1890 pada The National Archives of the Netherlands https://www.nationaalarchief.nl/en/re... Music Arabic Song provided by ALD - No Copyright Music Video Link: • Видео Audio Narakeet. Moskee op het eiland Penyenget. Moskee te Riouw - Masjid-Penyengat-1941-1953. . #wisatariau #wisataindonesia #wisatakepri http://www.riaumagz.com/