DIMANA LETAK KEBUN TEH DAN PABRIK TEH PERTAMA DI PAGARALAM SEBELUM PINDAH KE GUNUNG DEMPO ? скачать в хорошем качестве

DIMANA LETAK KEBUN TEH DAN PABRIK TEH PERTAMA DI PAGARALAM SEBELUM PINDAH KE GUNUNG DEMPO ?

Assalamualaikum Sanak saudara ,kundang kance gegalenye , khususe jeme kite ... Jangan lupa Subscribe Like Comment Share Jangan lupa pencet lonceng nya untuk mendapatkan Notifikasi Video terbaru Dan Terima Kasih telah Mampir ke Channel kami. Semoga Channel ini bermanfaat , Kelurahan Burung Dinang, Kecamatan Dempo Utara, seperti kelurahan di Pagaralam pada umumnya. Sejauh mata memandang, kawasan ini didominasi kebun kopi dan sayur. Namun, siapa sangka. Lebih dari setengah abad lalu, wilayah ini dikenal sebagai perkebunan teh. Bahkan, luasnya hampir menyamai perkebunan teh Gunung Dempo masa kini. Di masa jayanya, perkebunan teh ini sebagai salahsatu penghasil teh terbesar di Pagaralam. Jangkauan pasarnya mencapai luar negeri. ‘Sisa-sisa’ kejayaan yang tergerus zaman ini, masih bisa dilihat hingga kini. Sebagai bukti, batang teh masih bisa ditemui hampir di semua wilayah di Kelurahan Burung Dinang, seperti kawasan Tanah Abang. Di sini, terdapat beberapa batang teh berderet rapi. Semuanya tumbuh dengan subur di sela batang kopi. Di beberapa titik lainnya, ada batang teh yang sudah melebihi ketinggian orang dewasa. Pun di Kelurahan Burung Dinang terdapat blok tanah diberi nomor 32, 36, dan 38. Bukti lainnya adalah pabrik pengolahan teh. Sayang, pabrik itu tinggal puing-puing. Hanya tersisa bangunan berbentuk kolam, berdekatan dengan pemukiman warga. Ada juga sisa bangunan yang kini ‘diselimuti’ kebun kopi dan semak belukar. Adanya pabrik, pemukiman warga di sini diberi nama Dusun Pabrik. Namun, menguak tentang perkebunan teh dari warga setempat, rada-rada susah. Kalaupun ada, hanya sepenggal-sepenggal, tidak jelas ujung pangkal. “Saya kurang paham. Itu (sejarah) sudah lama. Saya lahir sudah demikian, ada teh, bangunan sisa pabrik,” ucap Suwanto, mantan Ketua RW 01 Dusun Talang Darat sambil mengerenyitkan dahi ketika ditanya ini dan itu. Demikian pula mantan Kepala Desa (Kades), Talang Darat, Judari. Meski menjabat sebagai Kades dari 1999 – 2004, Judari hanya bisa menggeleng kepala. “Saya nggak paham soal sejarah perkebunan teh di sini. Tapi, teh memang masih ada di sini. Hanya jumlahnya tidak banyak seperti dulu,” tuturnya. Lain lagi dengan Hendemin. Petani yang berdomisili di Dusun Muara Siban, hanya bisa menunjukkan keberadaan teh di kawasan Tanah Abang. “Ini merupakan teh peninggalan Belanda. Lihat saja bentuk daunnya panjang-panjang, beda dari tanaman teh modern,” sebutnya. Tak jauh dari Tanah Abang, terdapat lokasi Belanda meneropong. Lokasinya di area Hutan Lindung Bukit Beghuk. “Kabarnya di situ juga ada sisa-sisa bangunan peninggalan Belanda,” imbuhnya. Nama perkebunan teh itu adalah adalah NV Culturr Maatschappy Tanjong Keling atau Perkebunan Teh Tanjung Keling. “Perusahaan perkebunan Belanda,” Dokumen itu sendiri sudah berumur sama tuanya dengan perkebunan teh. Dari dokumen itulah terdapat nama NV Culturr Maatschappy. “Tahun pendiriannya saya kurang tahu. Tapi rasanya tak akan jauh dari pembentukan perkebunan teh di Gunung Dempo. Sebelum kemerdekaan RI, sekitar 1920-an,” ujarnya. Di masa itu, luas NV Culturr Maatschappy Tanjong Keling membuat siapapun terperangah. Dari kasat mata, sulit menentukan mana ujung dengan pangkalnya. Semuanya menghampar hijau di atas lereng perbukitan. Menurut Syarifudin, NV Culturr Maatschappy Tanjong Keling memiliki luas sekitar 1.300 hektar. “Hampir semua wilayah Kelurahan Burung Dinang dulunya perkebunan teh. Mulai dari Dusun Pabrik, Talang Darat, Tanjung Keling, Talang Mertam, hingga Dusun Tanjung Taring,” bebernya. Jika dibandingkan dengan luas perkebunan teh Gunung Dempo, tambah dia, mungkin hanya terpaut sekitar beberapa hektar saja. “Tapi itu dulu. Kalau sekarang mungkin luasnya sudah berbeda,” jelasnya. Dengan luas seperti itu, bisa diprediksi berapa teh yang dihasilkan NV Culturr Maatschappy Tanjong Keling, bisa ribuan ton teh. Bahkan lanjutnya, sudah diekspor ke beberapa negara. “Dulu waktu kecil, saya pernah melihat di pabrik ada gudang khusus. Tujuannya untuk diekspor ke negara luar selain ke Belanda,” katanya. Perkebunan Swiss, Diambil Alih Belanda Ditemui terpisah, Ketua Lembaga Adat Besemah Kota Pagaralam, Satarrudin Tjik Olah memiliki pendapat lain. Menurut Satar, perkebunan teh Tanjung Keling merupakan perkebunan yang dibangun Swiss, bukan Belanda. “Di Tanah Besemah (Pagaralam dan sekitarnya) dulunya ada 9 maskapai perkebunan. Belanda hanya membentuk 7 maskapai perkebunan. Selebihnya milik Inggris (Ayek Gambigh) dan Swiss (Tanjung Keling),” terangnya. Satar menduga, perkebunan teh Swiss pada akhirnya diambilalih oleh Belanda. Mengingat saat itu kekuasaan Belanda cukup kuat dan lama bertahan di Tanah Besemah. “Perlu diketahui, Belanda sudah bercokol di Pagaralam sejak 1867. Jadi jauh sebelum perkebunan itu didirikan,” pungkasnya. SUMBER CATATANPIDI PAGARALAM POS Wassalam