У нас вы можете посмотреть бесплатно Indrawan Yang Bertahan Hidup или скачать в максимальном доступном качестве, видео которое было загружено на ютуб. Для загрузки выберите вариант из формы ниже:
Если кнопки скачивания не
загрузились
НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием видео, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу
страницы.
Спасибо за использование сервиса ClipSaver.ru
Indrawan yang Berjuang untuk Hidup Di atas bale-bale beralaskan kasur tipis, ia terbaring lemah. Indrawan, bocah laki-laki yang akan genap berusia sembilan tahun pada 23 Agustus mendatang, kini tengah berjuang bertahan hidup bersama kakek tirinya Abdurohim (65) dan neneknya Ramah (61). Indrawan divonis menderita kelainan tulang belakang saat masih berusia tiga bulan oleh dokter di RSUD Bekasi. Penyakit tersebut membuat ayah kandung Indrawan pergi meninggalkannya. Empat tahun setelah itu, ibunya, Saidah, meninggal dunia. Di dalam rumah berukuran 7x9 meter di Kampung Katimaha, RT 01, RW 005, Dusun 3, No 21, Sukatani, Kabupaten Bekasi, Ramah menceritakan nasib Indrawan sambil berlinang air mata. “Sejak lahir Indrawan terlahir dengan normal. Namun setelah tiga bulan, tidak ada perubahan pada tubuh Indrawan seperti layaknya bayi normal,” jelas Ramah. Ketika itu, Ramah dan Saidah memeriksakan Indra ke Puskesmas. Hal itu dilakukan karena Indra tidak mengalami pertumbuhan normal selayaknya bayi seusianya. Seiring berjalannya waktu, kondisi Indra semakin memprihatinkan. Ia tidak bisa berbicara, duduk, bahkan berdiri, hanya bisa terbaring lemas di atas kasur dengan posisi kaki menyilang. Tak hanya Indra, enam saudara dari ibu kandungnya juga mengalami kelainan yang sama. Bahkan, kakak Indra juga mengidap penyakit yang sama hingga akhirnya meninggal dunia pada usia sembilan tahun. Kelainan tulang belakang memang banyak menyerang anak-anak usia dini. Data dari Perhimpunan Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia (PAOI) menunjukkan, jumlah penderita kelainan tulang belakang mencapai dua sampai tiga persen dari populasi penduduk Indonesia. Faktor genetik disinyalir menjadi penyebab utama terjadinya penyakit ini. Sejumlah keluarga penderita kelainan tulang belakang tak dapat melakukan pengobatan terkait masalah biaya. Hal ini menjadi momok yang selalu meghantui, sehingga tak jarang penderita kelainan tulang belakang tidak dapat hidup lama, begitupun dengan keluarga indrawan.