У нас вы можете посмотреть бесплатно Ngunjung buyut trusmi или скачать в максимальном доступном качестве, видео которое было загружено на ютуб. Для загрузки выберите вариант из формы ниже:
Если кнопки скачивания не
загрузились
НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием видео, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу
страницы.
Спасибо за использование сервиса ClipSaver.ru
Tradisi Memayu Buyut Trusmi: Warisan Budaya Menyambut Musim Hujan Memayu Buyut Trusmi merupakan salah satu tradisi adat yang masih lestari di Desa Trusmi, Cirebon. Tradisi ini berupa pergantian welit (atap dari daun) yang dilakukan sebagai bentuk penyambutan datangnya musim hujan. Kegiatan ini bukan hanya sekadar perbaikan bangunan, tetapi telah menjadi agenda tahunan yang sarat makna spiritual dan budaya. Sehari sebelum prosesi pergantian atap dimulai, digelar arak-arakan keliling desa yang melibatkan para kiai, kuncen, abdi dalem, dan masyarakat sekitar. Mereka membawa welit yang akan dipasang ke situs Buyut Trusmi sambil diiringi doa-doa dan ritual adat sebagai simbol pemeliharaan spiritual serta penghormatan terhadap leluhur. Salah satu bagian unik dalam arak-arakan ini adalah keberadaan tradisi berkuda yang dikenal dengan nama pato-pato. Tradisi berkuda ini sejatinya sudah ada sejak dahulu kala dan berfungsi sebagai pengawalan rombongan para tokoh spiritual dalam prosesi tersebut. Para penunggang kuda mengiringi rombongan dengan tertib, menunjukkan sikap khidmat serta ketertiban dalam menjalankan adat. Seiring waktu, tradisi pato-pato mengalami perkembangan. Kini tidak hanya sebagai bentuk pengawalan, namun juga menjadi ajang bagi para pecinta kuda untuk menampilkan keterampilan berkuda mereka. Meski demikian, esensi kebudayaan dan keteraturan tetap dijaga. Pato-pato bukan pacuan kuda, melainkan pertunjukan kebudayaan yang sarat nilai tradisional. Tradisi Memayu Buyut dan pato-pato menjadi simbol kuat bagaimana masyarakat Trusmi menjaga warisan leluhur dengan penuh hormat, sembari menyesuaikan dengan dinamika zaman. Inilah bukti hidupnya kearifan lokal yang terus bertahan dan berkembang dalam bingkai budaya Cirebon.