У нас вы можете посмотреть бесплатно Jejak Sejarah Kesultanan Serdang или скачать в максимальном доступном качестве, видео которое было загружено на ютуб. Для загрузки выберите вариант из формы ниже:
Если кнопки скачивания не
загрузились
НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием видео, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу
страницы.
Спасибо за использование сервиса ClipSaver.ru
Jejak Sejarah Kesultanan Serdang. Kesultanan Serdang termasuk salah satu kerajaan bercorak Islam di Indonesia, yang berpusat di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Berdirinya kesultanan Serdang tidak terlepas dari peranan kesultanan Aceh Darussalam pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Kesultanan Serdang adalah pecahan dari kesultanan Deli, yang berdiri pada tahun 1632. Bermula dari konflik internal untuk memperebutkan kekuasaan di kesultanan Deli, akhirnya kesultanan Serdang terbentuk. Kesultanan Serdang didirikan oleh keturunan dari pendiri kesultanan Deli, yakni Tuanku Umar Johan Alam Shah. Ia mendirikan kesultanan Sedang setelah diusir dari kesultanan Deli bersama dengan ibunya, Tuanku Puan Sampali. Tuanku Umar Johan Alam Shah, dan ibunya tiba di sebuah tempat yang kemudian diberi nama Kampung Besar atau Serdang. Di tempat itulah ia mendirikan kesultanan Serdang, dan menjabat sebagai raja pertama pada tahun 1723. Tuanku Umar Johan Alam Shah memiliki tiga orang putra, yaitu Tuanku Malim, Tuanku Ainan Johan Alam Shah dan Tuanku Sabjana yang dikenal juga dengan nama Pangeran Kampung Kelambir. Setelah Tuanku Umar Johan Alam Shah wafat, putra pertamanya, Tuanku Malim, menolak untuk menggantikan ayahnya menjadi raja Serdang, sehingga yang didaulat untuk memimpin kesultanan Serdang adalah Tuanku Ainan Johan Alam Shah. Tuanku Ainan Johan Alam Shah memiliki istri bernama Tuanku Puan Sri Alam, putri dari kerajaan Perbaungan, yang kemudian bergabung dengan kesultanan Serdang. Wilayah lainnya yang memilih untuk bergabung dengan kesultanan Serdang adalah sebuah negeri di Denai dan Serbajadi, yang dibangun oleh Tuanku Tawar Gelar Kejuruan Santun, salah seorang keturunan raja Deli. Kesultanan Serdang mencapai masa kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Thaf Sinar Basyar Shah, atau Sultan Besar Serdang tahun 1822-1851. Ketika Sultan Johan Alam Shah mangkat tahun 1817, adik Tuangku Zainal Abidin, yaitu Tuanku Sultan Thaf Sinar Basar Shah (memerintah 1817-1850) diangkat oleh Dewan Orang Besar menjadi raja menggantikan ayahnya. Ketika itu, sebenarnya Tuanku Zainal Abidin, Tengku Besar yang sudah tewas, memiliki putra, namun putranya ini tidak berhak menjadi raja, sebab, ketika ayahnya meninggal dunia, statusnya masih sebagai Tengku Besar, bukan raja. Jadi, menurut adat Melayu Serdang, keturunan putra tertua tidak otomatis menjadi raja, karena sebab-sebab tertentu. Pada masa pemerintahan raja yang ke-2, Tuanku Sultan Ainan Johan Alma Shah (1767-1817), tersusunlah Lembaga Orang Besar Berempat di Serdang yang berpangkat Wazir Sultan, yaitu: 1. Raja Muda (gelar ini kemudian berubah menjadi Bendahara) 2. Datok Maha Menteri (wilayahnya di Araskabu) 3. Datok Paduka Raja (wilayahnya di Batangkuis) keturunan Kejeruan Lumu 4. Sri Maharaja (wilayahnya di Ramunia) Pembentukan Lembaga Orang Besar Berempat di Serdang ini, disebabkan Raja Urung Sunggal kembali ke Deli, sementara Raja Urung Senembah dan Raja Urung Tg. Morawa tetap menjadi raja di wilayah taklukan Serdang. Sultan Ainan Johan Almashah memperkukuh Lembaga Empat Orang Besar di atas berdasarkan fenomena alam dan hewan yang melambangkan kekuatan, seperti 4 penjuru mata angin (barat, timur, selatan, utara), kukuhnya 4 kaki binatang dan asas Tungku Sejarangan (4 batu penyangga untuk masak makanan). Lembaga itu juga melambangkan sendi kekeluargaan pada masyarakat Melayu, yaitu suami, istri, anak beru (menantu), dan Puang (mertua). Pembentukan lembaga tersebut didasarkan pada akar budaya masyarakat Serdang sendiri. Selanjutnya, lembaga inilah yang berperan dalam upacara perkawinan maupun perhelatan besar lainnya. Pada tahun 1862, kesultanan Serdang mendapatkan serangan dari pemerintah Belanda. Ketika itu, kesultanan Serdang mengalami kekalahan dan takluk kepada pemerintah Belanda. Sejak saat itu, sesuai dengan Acte van Erkenning, tertanggal 16 Agustus 1862, kesultanan Serdang berada di bawah kekuasaan Belanda. Di sisi lain, kesultanan Serdang masih berkonflik dengan saudaranya, kesultanan Deli. Puncak perselisihan terjadi pada saat kesultanan Serdang berada di bawah pimpinan Sultan Sulaiman Syariful Alam Shah (1879-1946). Konflik baru mereda setelah Indonesia merdeka tahun 1945. dewisurya2, jejak kesultanan serdang, kesultanan serdang, kesultananserdang, sejarah kesultanan serdang, sisa sejarah kesultanan serdang, sultan serdang, the sultanate of serdang, sultanate of serdang, makam sultan serdang, istana kerajaan sultan, kesultanan langkat, kesultanan, sejarah kesultanan deli, istana sultan sedang, kesultanan deli sekarang, istana replika sultan serdang, kesultanan deli medan, istana serdang, history sultanate of serdang, kesultanan deli