У нас вы можете посмотреть бесплатно SEJARAH‼️DAAN MOGOT или скачать в максимальном доступном качестве, которое было загружено на ютуб. Для скачивания выберите вариант из формы ниже:
Если кнопки скачивания не
загрузились
НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу
страницы.
Спасибо за использование сервиса savevideohd.ru
Assalamu'alaikum warohmatulohi wabarakatuh Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan video ini terutama kepada keluarga almarhum mayor Daan Mogot semoga video ini dapat bermanfaat dan meningkatkan rasa ptriotime kita juga pada sinemas film Layar lebar Indonesia Merah Putih 2009 Sutradara Yadi Sugandi ProduserPenulis Conor Allyn Rob Allyn PemeranLukman Sardi Donny Alamsyah Darius Sinathrya Zumi Zola Teuku Rifnu Wikana Rudy Wowor Tanggal rilis 13 Agustus 2009 Durasi108 minutesNegara Indonesia Bahasa Indonesia kami juga juga menyatakan bahwa sebagian foto dan film dalam video ini adalah ilustrasi semata, demi memperjelas maksud dalam konten ini. Daan Mogot (28 Desember 1927 – 25 Januari 1946) adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia dan mantan anggota (dan pelatih) PETA di Bali dan Jakarta pada tahun 1942-1945. Setelah Perang Dunia ke-2 selesai, ia menjadi Komandan TKR di Jakarta dengan pangkat Mayor. Bulan November 1945 mendirikan sekaligus menjadi Direktur Pertama Akademi Militer Tangerang (MAT) dalam usia 18 tahun. Ia gugur di Hutan Lengkong, di selatan Kota Tangerang, bersama 36 orang lainnya dalam pertempuran melawan tentara Jepang saat hendak melucuti senjata mereka di Hutan Lengkong di Tangerang. Nama lahirElias Daniel MogotJulukanDaan MogotLahir28 Desember 1927 Manado, Sulawesi Utara, Hindia BelandaMeninggal25 Januari 1946 (umur 18) Tangerang Selatan, IndonesiaDikebumikanTaman Makam Pahlawan TarunaDinas/cabangTentara Keamanan Rakyat (TKR)Lama dinas1945-1946PangkatMayorKomandanMilitaire Academie Tangerang (MAT) Masa KecilnyaSunting Daan Mogot lahir di Manado, Sulawesi Utara, pada tanggal 28 Desember 1927 dari pasangan Nicolaas Mogot dan Emilia Inkiriwang (Mien), diberi nama Elias Daniel Mogot dan dipanggil Daan Mogot. Ayahnya ketika itu adalah Hakim Besar Ratahan. Ia anak kelima dari tujuh bersaudara. Saudara sepupunya antara lain Kolonel Alex Kawilarang (Panglima Divisi Siliwangi, serta Panglima Besar PERMESTA) dan Inspektur Jenderal Polisi A. Gordon Mogot (mantan Kapolda Sulawesi Utara serta Kadiv Propam Mabes Polri). Pada tahun 1939, ketika ia berumur 11 tahun, keluarganya pindah dari Manado ke Batavia (sekarang Jakarta) dan menempati rumah di Van Heutsz Plein (sekarang bernama Jalan Cut Mutia di Jakarta Pusat). Di Batavia, ayahnya diangkat menjadi anggota Volksraad (Dewan Rakyat Hindia Belanda). Kemudian ayahnya diangkat sebagai Kepala Penjara Cipinang di timur Meester Cornelis (sekarang Jatinegara, Jakarta Timur). Bergabung dengan PETA di Masa Pendudukan JepangSunting Pada tahun 1942, Jepang menduduki Hindia Belanda. Pada tahun itu juga, pemuda Daan Mogot direkrut ke Seinen Dojo, pasukan paramiliter pribumi bentukan Jepang di Tangerang. Di pasukan tersebut, Daan menjadi angkatan pertama. Sebenarnya usia Daan Mogot belum memenuhi syarat yang ditentukan pihak Jepang yakni 18 tahun, ia waktu itu masih berumur 14 tahun. Namun karena kepandaiannya dan prestasinya selama pendidikan militer, Daan justru dipromosikan menjadi pembantu instruktur Pembela Tanah Air (PETA) di Bali pada tahun 1943. Semasa di Bali, ia mendapatkan dua sahabat karib, yaitu Kemal Idris dan Zulkifli Lubis. Mereka bertemu saat bersama 47 orang lainnya mengikuti pendidikan gerilya (“guerilla warfare”) di bawah pimpinan Kapten Yanagawa. Selain mereka, peserta lainnya adalah Kusno Wibowo, Sabirin Mukhtar, Satibi Darwis dan Effendi. Setelah dilantik menjadi perwira PETA, Daan Mogot, Zulkifli Lubis dan Kemal Idris bersama beberapa perwira PETA lainnya mendirikan sekolah untuk melatih para calon anggota PETA di Bali. Jepang mengganggap Bali sebagai daerah pertahanan strategis dan tempat pendaratan potensial bagi musuh. Untuk itu kekuatan dipersiapkan, terutama di daerah-daerah Tabanan, Negara dan Klungkung. Jepang memberikan kepercayaan kepada Daan Mogot melatih di Tabanan, Kemal Idris di Nagara dan Zulkifli Lubis di Klungkung. Sekalipun ketiga sahabat itu terpisah-pisah tempat tugasnya, tetapi mereka selalu mengadakan kontak, baik membicarakan hal yang berhubungan dengan latihan maupun tentang nasib rakyat yang sedang menderita di bawah penjajahan. Kegiatan latihan yang spesifik saat itu ialah mempersiapkan pertahanan guna menghadapi serangan musuh di pantai. Selama setahun para Shodancho di Bali menjalankan tugas dengan baik. Tahun 1944 mereka harus berpisah. Daan Mogot, bersama 3 orang Shodancho lainnya harus kembali ke Jawa, sedangkan Zulkifli Lubis dan Kemal Idris yang tetap tinggal di Bali. Mereka bertindak sebagai instruktur PETA, memberikan latihan kepada calon-calon perwira hingga mereka mahir dalam berbagai bidang ketentaraan. Sedangkan Daan ditempatkan sebagai Staf Markas Besar PETA di Jakarta hingga Jepang menyerah pada 15 Agustus 1945. cukup sekian konten kali ini semoga dapat bermanfaat untuk kita semua, mohon maaf jika masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penyebutan Terima kasih #pahlawan #kisahnyata #merdeka #daanmogot