У нас вы можете посмотреть бесплатно HARI KETIGA или скачать в максимальном доступном качестве, видео которое было загружено на ютуб. Для загрузки выберите вариант из формы ниже:
Если кнопки скачивания не
загрузились
НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием видео, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу
страницы.
Спасибо за использование сервиса ClipSaver.ru
Film ini diambil dari kisah nyata jutaan orang yang telah mengalami penyakit jiwa. Berdasarkan data Departemen Kesehatan (Ellina, 2012 dalam Hermiati, 2018) jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia mencapai 2,5 juta orang. Gangguan jiwa tersebut telah terjadi dengan berbagai karakteristik, salah satunya merupakan penyakit skizofernia. Menurut Putri & Maharani (2022) Penyakit ini terjadi karena adanya faktor genetik, biologis, biokimia, status sosial, ekonomi, stress dan penyalahgunaan obat. Melalui faktor ini dampak yang dapat terjadi oleh pengidapnya adalah kesulitan dalam membedakan realitas dan imajinasi. “Hari Ketiga” menceritakan tentang seorang pemuda bernama Axel yang telah lama ditinggalkan oleh kekasihnya. Meskipun kejadian itu telah berlalu sejak lama, Axel tidak pernah mampu menerima masa lalunya yang penuh dengan kepergian. Kedamaian dan penerimaan terdengar asing di telinganya. Ia berusaha melakukan cara apapun untuk hidup dengan layak seperti dahulu, menyibukan diri dengan gadgetnya serta pengaguman berlebih tentang figur populer membantu ia melupakan masa kelamnya. Tanpa disadari, cara ia untuk hidup “baik-baik saja” menyeret ia pada suatu repetisi tanpa akhir. Skizofernia semakin lama tumbuh dalam dirinya. Gangguan itu membuat Axel menciptakan dunia yang baru. Dimana Ia menemukan cinta yang selalu Ia rindukan, harapkan, dan tidak pergi. Cinta itu hadir pada sosok figur yang Ia idolakan, bernama Gisel. Selama tiga hari, Axel merasa lebih terisi jika bersama Gisel. Padahal kenyataannya, sosok itu tidak pernah hadir disampingnya. Hingga sampai pada hari ketiga, Axel menyadari sesuatu yang janggal ketika Gisel berkata untuk terakhir kalinya, “dunia tidak akan selalu sesuai dengan apa yang kita inginkan, jangan terus-terusan terjebak disini.” Kalimat itu menyadarkannya bahwa semua yang terjadi adalah ilusi dan dalangnya adalah dirinya sendiri. namun kini ia tahu tidak semua hal yang ia inginkan harus menjadi nyata agar ia bisa bertahan. Kadang, menerima kenyataan adalah bentuk cinta paling jujur pada diri sendiri.