У нас вы можете посмотреть бесплатно Prosesi Menben, Mesumping Keladi Karya Ring Pura Khayangan Ulu Banjar Dinas Dauh Pangkung или скачать в максимальном доступном качестве, видео которое было загружено на ютуб. Для загрузки выберите вариант из формы ниже:
Если кнопки скачивания не
загрузились
НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием видео, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу
страницы.
Спасибо за использование сервиса ClipSaver.ru
2 Desember 2025 Anggara Pon Langkir Mekary Upakara Menben Mesumping Keladi ➡️ Mekarya Upakara Mekarya upakara adalah kegiatan membuat atau menyusun sesajen (banten) yang merupakan persembahan suci dalam upacara keagamaan Hindu, terutama di Bali, yang berasal dari kata Sansekerta "upa" (dekat) dan "kara" (tangan), artinya persembahan yang dibuat dengan tangan sebagai sarana mendekatkan diri kepada Tuhan. Ini melibatkan kreativitas dalam merangkai bahan-bahan seperti daun, bunga, buah, dan bahan lainnya menjadi simbol-simbol yang bermakna untuk memuja Sang Hyang Widhi Wasa. ➡️ Menben Menben atau yang lebih umum dikenal sebagai Mepeben atau Ngebeben (dari kata dasar beben atau beban yang berarti persiapan atau perbekalan) adalah kegiatan persiapan yang dilakukan sehari sebelum upacara Odalan atau Piodalan (H-1) di Bali. ➡️Mesumping Keladi Sumping Keladi adalah bagian dari lantunan gending (lagu) sakral yang dibawakan para tetua/pemangku sebagai bagian dari ritual penyucian, pembersihan, dan persiapan banten/sarana upacara, menandakan prosesi pemelaspasan sudah berjalan dan suasana sakralnya meningkat, seringkali dibarengi dengan kehadiran sesajen tertentu seperti keladi (talas) sebagai simbol kesucian. #mesumpingkeladi #menben #mekaryaupakara #balinese #bali #balineseculture Ngenteg Linggih adalah upacara Hindu yang dilakukan setelah sebuah bangunan suci (seperti pura atau sanggah) selesai dibangun untuk mengukuhkan dan menyucikan kedudukannya sebagai tempat pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Secara harfiah, "ngenteg" berarti kokoh atau stabil, dan "linggih" berarti duduk. Upacara ini bertujuan untuk menempatkan atau "mendudukkan" Tuhan dalam manifestasinya di tempat suci tersebut agar secara permanen berkenan hadir dan dihormati oleh umat. Tujuan dan makna Menyucikan dan mensakralkan: Mengubah bangunan yang tadinya kosong menjadi simbol objek pemujaan yang suci dan sakral. Mengukuhkan kehadiran: "Mendudukkan" manifestasi Tuhan di dalam pelinggih sehingga Beliau berkenan hadir setiap saat, terutama saat upacara lain dilakukan. Memberikan ketenangan spiritual: Mengupayakan ketenangan dan kebahagiaan bagi masyarakat dengan memastikan tempat suci tersebut dihuni oleh energi positif. Waktu pelaksanaan Dilakukan setelah bangunan suci seperti pura, sanggah, atau padmasana selesai dibangun. Penentuan hari baik (padewasan) dilakukan dengan mempertimbangkan faktor sasih (bulan) dan pawukon (sistem kalender Bali). Beberapa sasih yang dianggap baik untuk upacara ini adalah Kasa, Katiga, Kapat, Kalima, dan Kadasa. Prosesi yang umum dilakukan Penyampaian niat: Menyampaikan niat untuk mendirikan tempat suci dan akan melinggihkan Ida Bhatara. Upacara caru: Melakukan upacara pembersihan, termasuk hewan kurban, untuk membersihkan dan menyucikan lahan dan bangunan. Melaspas: Upacara penyucian untuk bangunan secara umum. Mendem Pedagingan: Ritual menanamkan "pedagingan" atau sesajen di dalam pelinggih sebagai simbol pengisian energi. Ngangen (Nglinggihang): Proses inti dari upacara untuk menempatkan atau "mendoakan" Ida Bhatara ke dalam pelinggih yang sudah disucikan. Penyelesaian upacara: Ditandai dengan upacara penutupan seperti "nyineb" atau "Nyegara Gunung".