У нас вы можете посмотреть бесплатно DINDING BATU SISA PERADABAN KUNO SUKU SASAK DI GUNUNG PUJUT или скачать в максимальном доступном качестве, видео которое было загружено на ютуб. Для загрузки выберите вариант из формы ниже:
Если кнопки скачивания не
загрузились
НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием видео, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу
страницы.
Спасибо за использование сервиса ClipSaver.ru
Please SUBSCRIBE, LIKE, COMMENT & SHARE to keep Spirits Upload NEW Videos !!! PENDAHULUAN: Sebuah artikel karya Dr. R. Goris muncul di majalah Djawa pada tahun 1939. R. Goris bekerjasama dengan Prof. G. H. Bousquet, yang berjudul, "Upacara yang luar biasa di tempat suci yang istimewa".¹) Sejak artikel ini diterbitkan, beberapa detail tentang tempat suci ganda Lombok Dapur-Pudjoet yang dibahas di sini telah terungkap, dan patut disebutkan. Bukit Pujut merupakan salah satu bukit yang pertama kali ditemui ketika melintasi dataran selatan Lombok yang tandus menuju pegunungan kapur yang membentang di sepanjang pantai selatan. Sawah yang bergantung pada hujan mengalami kekeringan parah hampir setiap tahun, dan tidak dapat dipahami oleh orang luar bagaimana mungkin sekitar 25.000 jiwa dapat ditemukan di daerah Pujut yang kering dan terbakar matahari. Namun, para tetua desa masih ingat saat daerah pegunungan selatan ditutupi dengan hutan lebat , sekitar akhir bulan ke-7 tahun pertanian Sasak, hujan pertama turun, yang membuat tampilan gersang, terlihat seperti memberikan sihir dan penampilan yang berbeda. Di negara yang bergantung pada hujan ini, upacara hujan secara tradisional memainkan peran yang sangat penting. Berbagai upacara dikenal di Lombok yang dimaksudkan untuk menurunkan hujan. Pada upacara-upacara ini, yang disebut něda, orang sering menggunakan kucing tiga warna atau hitam, yang dimandikan di sumber suci atau sumur. Permainan favorit anggar dengan tongkat rotan (pěrisian) atau tombak tanpa ujung (pělěngkoengan) kerap menjadi inti acara pada kesempatan kali ini. Hujan juga dapat diminta selama festival Desa Pujoet. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika kegembiraan tidak mengenal batas ketika pada bulan Februari 1940 festival Desa yang lama, yang sudah tidak digunakan lagi karena perselisihan antara apa yang disebut waktoe tiga dan waktoe lima 3), dihormati oleh dewan adat. Meskipun waktu yang dipilih tidak sesuai dengan kalender perayaan, namun tanpa keberatan seseorang dapat menyimpang darinya, karena perayaan tersebut pada dasarnya mempunyai makna toelak bala, yaitu menangkal bencana dan memohon keselamatan dan kesejahteraan bagi desa. Kegagalan panen, yang terancam mencapai proporsi yang sangat besar, menyebabkan rekonsiliasi tertentu antara kedua gerakan keagamaan, dan masyarakat secara damai dan bersatu mencari dukungan di tempat di mana nenek moyang dari bekas keluarga pangeran Pujut konon tinggal dan meninggal. Nama pangeran pertama Pujut Ama Tanaoeran, istrinya Ina Tanaoeran dan anak-anak mereka Mas Goena dan Mas Pati digumamkan dan mereka memohon hujan, hujan ringan yang sangat bergantung pada keberadaan di wilayah ini. Orang-orang datang dari berbagai tempat mengingat ikatan keluarga dengan Pujoet. Ratusan orang datang terutama dari Desa Soekarara, Batoedjai dan Bondjěroek. Bukit suci, tempat pemukiman pertama, pusat wilayah, adalah tempat orang ingin mengarahkan ziarah (menguyut) di masa sulit ini. DESKRIPSI BUKIT SUCI. Bukit ini terbagi menjadi empat sektor (kuta) dengan banyak jalan setapak yang konon mengarah ke empat penjuru mata angin, namun kenyataannya tidak demikian. Kira-kira di tengah-tengah antara kaki bukit dan dataran tinggi di puncak, dekat setiap jalan setapak, terdapat sebuah kouta yang disebut pěnoenggoean, yang terdiri dari tempat sembahyang batu dan sumur kering. Hanya kaki bukit saja yang berpenghuni dan terbagi menjadi sepuluh goeboek (pemukiman). Dalam kitab Djomang (disebut juga Djoman) terdapat tumpukan batu berbentuk lingkaran, di sebelah utaranya terdapat tempat persembahan batu berbentuk limas terpotong yang tingginya lebih dari 1 meter. Di sebelah timur kuil ini terdapat sumur suci (Boewoen Tangko). Batara (sebutannya di sini), Batara Gangga dipuja di kompleks Djomang. Tidak ada yang bisa memberi saya informasi tentang kuil Pringga. Tempat suci ini terletak dekat dengan pědéwa' Pujut, di bawah dan di sebelah timur tepi dataran tinggi. Istilah Pringga mempunyai arti berbahaya dan terdapat di berbagai nama tempat, antara lain Pringga(w)rata, Pringgaséla, Pringgabaja, Pringgadjoerang dll Arah běsila (duduk di paha dalam posisi hormat) adalah ke arah barat baik di Djomang maupun Pringga pada upacara rutin. Lereng antara Pěnoengguan Kuta dan tepi dataran tinggi tidak berpenghuni; seseorang bertemu pondasi yang diduga merupakan rumah bekas warga bukit yang diusir saat Islamisasi. Di dataran tinggi terdapat dua tempat suci, yaitu pědéwa Pujoet dan pědéwa' Dapur yang disebutkan di atas. Dapur terdiri dari dua teras, teras sebelah barat disebut běntjingah (aula dewan; pelataran depan), karena konon para mantan pangeran pernah mengadakan pertemuan di sana. Teras timur konon merupakan dalēm (istana) raja. Pintu masuk sebelah barat Kuil Dapur dianggap sebagai pintu masuk utama dan hanya di pintu masuk inilah seseorang biasanya bersujud (yaitu běsila) saat masuk.