У нас вы можете посмотреть бесплатно [Kisah Haru Luar Negeri] K-Food Kalah Telak! Indomie Bahkan Lampaui Demam BTS & K-pop или скачать в максимальном доступном качестве, видео которое было загружено на ютуб. Для загрузки выберите вариант из формы ниже:
Если кнопки скачивания не
загрузились
НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием видео, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу
страницы.
Спасибо за использование сервиса ClipSaver.ru
Apakah Anda bisa percaya? Industri mie instan Korea yang selama puluhan tahun disebut sebagai raja global K-Food akhirnya harus mengakui kekalahan di depan sebuah merek sederhana asal Indonesia: Indomie Mie Goreng. Bukan hanya sekadar kalah di pasar, tapi benar-benar kalah telak di hati generasi muda Korea—bahkan sampai melampaui popularitas BTS dan demam K-pop yang selama ini dianggap tak terkalahkan. Cerita ini dimulai dari sebuah kesombongan. Nongshim, perusahaan mie instan terbesar Korea, dengan bangga menginvestasikan 200 juta dolar Amerika untuk proyek bernama K-Ramyeon World Conquest. Target mereka jelas: menaklukkan Asia Tenggara dengan kekuatan K-culture, teknologi makanan Korea, dan nama besar Shin Ramyeon. Mereka percaya, jika K-pop dan drama Korea bisa menguasai dunia, maka mie Korea pun bisa dengan mudah mengalahkan merek lokal Indonesia yang dianggap remeh. Namun, semua berubah ketika Indomie Mie Goreng tiba-tiba meledak di Korea Selatan. Di minimarket, di media sosial, bahkan di kafe khusus di Hongdae, Indomie menjadi tren besar. Anak muda Korea membeli berbungkus-bungkus Indomie, membuat “Mie Goreng Challenge” di TikTok, dan menciptakan ribuan resep kreatif yang viral. Sementara itu, penjualan Shin Ramyeon anjlok hingga 15% dalam waktu satu bulan saja. Lebih mengejutkan lagi, popularitas Indomie tidak berhenti di rasa. Indomie berubah menjadi budaya baru di mata orang Korea. Dari resep fusion dengan keju mozzarella dan kimchi, hingga kreasi unik di warung kaki lima Jakarta, semua itu menunjukkan bahwa Indomie bukan hanya makanan, tetapi kanvas budaya yang bisa diisi oleh siapa pun. Bagi masyarakat Indonesia, Indomie adalah simbol kebersamaan, kreativitas, dan kasih sayang keluarga. Sesuatu yang tidak bisa ditandingi oleh produk se-“sempurna” apa pun buatan pabrik besar. Seorang eksekutif muda Nongshim, Park Min Jun, awalnya menertawakan Indomie sebagai mie murah negara berkembang. Tetapi setelah ditugaskan ke Jakarta dan mencicipi langsung Mie Goreng buatan warung dan ibu rumah tangga, seluruh pandangannya runtuh. Ia menyadari bahwa rahasia sukses Indomie bukan rasa yang “sempurna”, melainkan ruang kosong yang memberi kebebasan orang untuk berkreasi. “Jika mie Korea adalah simfoni klasik,” katanya, “maka Indomie adalah jazz. Ada melodi dasar, tetapi setiap orang bisa menambahkan improvisasi mereka sendiri.” Kisah ini akhirnya mengguncang bukan hanya satu perusahaan, tapi seluruh industri K-Food. Untuk pertama kalinya, Korea harus mengakui kehebatan Indonesia dalam panggung global. Indomie bukan sekadar produk, tapi revolusi budaya kuliner yang mengajarkan arti globalisasi yang sebenarnya: bukan menaklukkan, tetapi menghormati dan berkolaborasi. ❗ Jadi, apakah benar mie instan sederhana bisa mengalahkan kekuatan Hallyu, K-pop, dan BTS? ❗ Bagaimana Indomie berhasil membuat seluruh generasi muda Korea jatuh cinta? ❗ Dan apa pelajaran berharga yang bisa dipetik dari kisah ini? Tonton video ini sampai akhir, karena Anda akan menemukan jawaban yang tidak hanya mengejutkan, tetapi juga menggetarkan hati. Kisah ini bukan hanya tentang mie, tapi tentang harga diri sebuah bangsa, kekuatan budaya, dan masa depan globalisasi yang sesungguhnya.