У нас вы можете посмотреть бесплатно Inkonsistensi Keterangan Soeharto Seputar G30S Menurut Prof Dr W F Wertheim или скачать в максимальном доступном качестве, видео которое было загружено на ютуб. Для загрузки выберите вариант из формы ниже:
Если кнопки скачивания не
загрузились
НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием видео, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу
страницы.
Спасибо за использование сервиса ClipSaver.ru
Pengadilan Rakyat Internasional (Internasional Peoples Tribunal) tentang kasus 1965 (IPT 1965) baru selesai digelar di Den Haag, Belanda. Meski oleh sebagian kalangan dipandang sebagai kontroversi, pengadilan yang digawangi hakim-hakim ternama di dunia ini tetap mengambil sejumlah keputusan. Pada intinya pengadilan menyatakan pemerintah Indonesia bertanggungjawab atas adanya pelanggaran HAM berat berupa pembantaian massal, pemenjaraan orang tanpa pengadilan, perlakuan tidak manusiawi terhadap para tahanan, penyiksaan dan kerja paksa yang mirip perbudakan, serta kekerasan seksual terhadap perempuan. Pengadilan ini juga menyebut adanya dukungan dari beberapa pemeritahan asing yakni Amerika Serikat, Inggris, dan Australia atas kejahatan HAM yang terjadi. Peristiwa pembunuhan massal ini sendiri dipicu oleh kejadian misterius di tanggal 1 Oktober dini hari yang dikenal dengan Gerakan 30 September (G 30 S). Saat itu enam orang perwira tinggi Angkatan Darat diculik dan dibunuh oleh serombongan pasukan yang menamakan dirinya Gerakan 30 September. Partai Komunis Indonesia (PKI) dituduh sebagai dalang, sehingga pembantaian massal terhadap anggota dan simpatisannya terjadi masif. Peristiwa ini masih disebut misterius karena belum terungkap siapa dalang sesungguhnya dengan mengajukan bukti-bukti otentik yang dapat dipertanggungjawabkan. Sayangnya (atau anehnya), sejumlah orang yang dapat menjelaskan keterlibatan PKI, seperti D.N. Aidit dan Nyoto, malah langsung dibunuh setelah ditangkap tanpa dibawa ke pengadilan. Pengadilan militer yang sempat dijalankan pun penuh dengan rekayasa dan menutup-nutupi atau mengabaikan banyak fakta. Sejumlah peneliti telah mengajukan pendapatnya, dan salah satu yang paling awal dan dikenal adalah versi Prof. Dr. W. F. Wertheim, seorang pakar sosiologi asal Belanda kelahiran 1907 yang pernah mengajar di Indonesia. Wertheim, yang telah lama memiliki perhatian terhadap politik Indonesia ini, menyebut Soeharto lah yang paling diuntungkan oleh peristiwa G 30 S . Ia banyak mengajukan kejanggalan terkait peristiwa tersebut. Dalam sebuah makalah yang diterbitkan sebagai suplemen majalah Arah tahun 1990 berjudul Sejarah Tahun 1965 Yang Tersembunyi Wertheim menggambarkan salah satu kejanggalan yang menarik sehubungan dengan pertemuan antara Soeharto dengan Kolonel Latief, orang ketiga dalam pucuk pimpinan G 30 S, di malam tanggal 30 September 1965 atau beberapa jam sebelum penculikan para jenderal terjadi. Lewat penjelajahannya, Wertheim menemukan inkonsistensi (kebohongan) pengakuan Soeharto setidaknya sebanyak tiga kali di waktu dan tempat yang berbeda. sumber: berdikari.com Contact Business: [email protected] Jejak Lampau Social Media: Website: https://www.jejaklampau.com Tiktok: / jejaklampausejarah Facebook: / jejaklampausejarah Instagram: / jejaklampausejarah