Gerbong Kematian G30S/PKI, Angkut Mayat Kiai dan Ratusan Warga Magetan Korban Pembantaian 1948 скачать в хорошем качестве

Gerbong Kematian G30S/PKI, Angkut Mayat Kiai dan Ratusan Warga Magetan Korban Pembantaian 1948

TRIBUN-VIDEO.COM - Sebuah gerbong pengangkut tebu menjadi saksi bisu tragedi berdarah keganasan Partai Komunis Indonesia (PKI) 1948 di Magetan, Jawa Timur. Diketahui PKI melakukan pemberontakan di wilayah Madiun, Magetan, dan sejumlah daerah lainnya di wilayah Jawa Timur pada 1948. Pemberontakan yang dipimpin oleh Musso tersebut melakukan pembantaian sejumlah orang yang dianggap berseberangan dan mengganggu pergerakan paham komunisme. Sasaran utama mereka yakni pejabat, aparat polisi, tentara, guru, tokoh organisasi, kiai dan sebagian besar kepala desa di wilayah Madiun dan Magetan. Tujuan menghabisi para tokoh-tokoh setempat karena PKI ingin menggantikan posisi-posisi vital yang ada untuk menyebarkan paham komunis. Di Magetan, target utama pembantaian oleh pasukan PKI adalah para kiai dan tokoh masyarakat setempat. Pesantren Sabilul Muttaqien atau yang lebih dikenal dengan Pesantren Takeran Magetan menjadi salah satu sasaran keganasan pasukan PKI. Para kiai, ustaz, hingga guru pengajar dibunuh dan mayatnya dibuang ke sejumlah sumur tua di wilayah setempat. Pasukan PKI membawa para korbannya menggunakan sejumlah truk dan bahkan kereta pengangkut tebu di pabrik gula Redjosari. Ratusan korban baik yang tewas atupun masih hidup diangkut menggunakan gerbong Kertapati menuju sumur kematian. Semua korban kemudian dimasukan ke sumur tua, bahkan korban yang masih hidup juga dimasukan ke dalam sumur lalu dilempari batu hingga tewas. Salah satu sumur tua yang menjadi saksi bisu kekejaman pasukan PKI tersebut berada di Dusun Soco, Kecamatan Bendo, Magetan, Jawa Timur. Mereka yang dibantai dalam lubang sumur tua tersebut bukanlah penduduk asli, melainkan orang jauh, yang meliputi kiai, tokoh masyarakat, pamong desa, pegawai dan termasuk warga biasa lainnya. Para korban ditangkap dari berbagai desa di kabupaten Madiun dan Magetan. Kemudian mereka dibawa ke kawasan pabrik gula (PG) Rejosari. Gerbong atau lori yang biasanya digunakan untuk mengangkut tebu dari pabrik gula Redjosari, digunakan digunakan untuk mengangkut para korban keganasan PKI. Sebelumnya gerbong kereta ini digunakan untuk mengangkut gula yang sudah jadi ke stasiun Kanigoro Madiun. Kemudian para korban dibawa ke Desa Soco, Kecamatan Bendo, yang berjarak sekitar 8 kilometer dari pabrik gula. Setelah sampai di Desa Soco, korban dibawa dan dibuang ke sebuah sumur. Beberapa orang yang masih hidup ditimbun hidup-hidup dengan batu besar. Setidaknya ada sebanyak 108 korban yang dimasukan ke dalam sumur tua tersebut, namun hanya 67 korban yang diketahui namanya sedangkan 41 lainnya tidak dikenali. Sumur tua saksi bisu peristiwa 1948 tersebut kini telah dibangun menjadi monumen tetengger bekas tempat pembuangan 108 korban. Di samping monumen Soco juga dipajang gerbong kertapati atau gerbong kematian yang merupakan gerbong asli yang kala itu digunakan pasukan PKU untuk mengangkut para korban ke Soco. Gerbong berukuran sekitar 2 x 10 meter itu masih dipertahankan bentuk aslinya, namun telah diperbaharui warna catnya. Selain bekas sumur dan gerbong maut, di kawasan ini juga dibangun sebuah pendopo yang dinamakan Pendopo Loka Pitra Dharma yang diresmikan oleh mantan Bupati Magetan Soedarmono tepat pada peringatan Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober 1992. D Disana juga terdapat lapangan yang biasa digunakan untuk upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila. Simak selengkapnya pada video di atas. (*)