Русские видео

Сейчас в тренде

Иностранные видео




Если кнопки скачивания не загрузились НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу страницы.
Спасибо за использование сервиса ClipSaver.ru



Bagian

#pajajaran #cirebon #banten #sejarahkerajaan #sundagaluh #onomrawalakbok #rawalakbok cuplikan buku #yuganing_rajakawasa #sejarah_kerajaan_di_jawa_barat oleh Drs. #yoseph_iskandar Iskandar, terbitan #cv_geger_sunten - #bandung_1997 . Pada bagian ke 121 ini, diceritakan bahwa lain lahan lain pikiran, Pakuan bukan hanya lahan melainkan juga kenangan. Walau lahannya "dihidupkan lagi" tetapi wujud kerajaanya takkan kembali, ukur jadi panineungan. Inilah yang dirindukkan dan disenandungkan oleh para pujangga dalam karyanya setiap kali gema Pajajaran menyentuh hati mereka. Kedekatan batin terhadap Pajajaran ini akhirnya menjelmakan persepsi Pajajaran Ngahiang atau Pajajaran Tilem seperti orang Ciamis yang kehilangan Galuhnya mencetuskan kisah dunia onom Rawa Lakbok di wilayah kota Banjar sekarang. Konon di masa lalu luas wilayah hutan rawa ini mencapai 947 hektar, tapi saat musim kemarau permukaan air Rawa Onom justru naik sehingga ratusan hektar persawahan yang ada di sekitranya terendam. Dengan dibangunnya saluran air, banjir lebih cepat surut. Air dari rawa dialirkan menuju Sungai Citapen, berhulu di Sungai Citanduy. Hal ini tidak terlepas dari kisah yang beredar di masyarakat mengenai tempat yang sering disebut Onom di Rawa Lakbok ini. Sebagaimana cerita rakyat dari mulut ke mulut, kisah yang berkaitan dengan tempat ini memiliki banyak versi. Salah satu versi tertulis yang berhasil ditelusuri Kabar Priangan adalah cerita yang ditulis RA. Danadibrata dalam buku berbahasa Sunda berjudul "Onom Jeung Rawa Lakbok" terbitan Pustaka Jaya tahun 2009. Penulis buku tersebut menyatakan, bahwa cerita yang ia tulis mengenai Rawa Onom dan Pulo Majeti bersumber dari penuturan Raden Bratanagara, inisiator pembukaan lahan Rawa Onom pada tahun 1917 M. Pada tahun 1917, ketika Raden Bratanagara telah pensiun dari jabatan Wadana, ia memutuskan untuk ngabukbak Rawa Onom dan menjadikannya lahan produktif bagi warga sekitar. Sebelum mulai membuka lahan, wedana yang konon hobinya berburu ini, meminta izin kepada Bupati Ciamis masa itu, yang bernama RAA. Sastrawinata. Ia adalah Bupati yang mengubah nama Galuh menjadi Ciamis, tentu saja Kangjeng Dalem Bupati ini senang mendengar rencana tersebut dan memberi bantuan berupa 100 buah cangkul, 100 buah parang, 100 buah arit, dan pil kina sebagai obat anti-Malaria bagi pekerjanya. Selain cerita yang tertulis dalam buku Onom Jeung Rawa Lakbok tersebut, ada beberapa versi cerita yang beredar di masyarakat. Satu versi menyebut bahwa patih penguasa Pulo Majeti bernama Patih Selang Kuning dan isterinya bernama Nyimas Gandawati bersama warganya berhasil menjadikan kawasan rawa tersebut berkembang. Karena keberhasilannya, Patih Selang Kuning bermaksud memisahkan diri dari Kerajaan Galuh dan mengangkat dirinya sebagai prabu anom. Tentu Raja Galuh Kawali murka dan akan menyerangnya. Namun, karena enggan berkonflik dengan Galuh, maka Patih Selang Kuning dan Nyimas Gandawati memilih tilem (berpindah alam) ke alam siluman di Pulo Majeti bersama seluruh rakyatnya sampai saat ini. Ada kisah saat Raden Adipati Kusumadiningrat pada tahun 1886 mulai menjadi Kangjeng Dalem Ciamis yang dijuluki Kangjeng Prebu, ia membangun irigasi-irigasi dan dam (bendungan) Gandawangi dan Nagawiru untuk mengairi persawahan dan membuka areal baru. Dengan pembangunan irigasi itu, sektor pertanian masyarakat mengalami kemajuan pesat. Ia juga mewajibkan pasangan warganya yang menikah menanam Kitri atau bibit pohon kelapa di halaman rumahnya, sehingga sampai sekarang Ciamis menjadi sentral Kelapa yang dominan di Jawa Barat.

Comments