У нас вы можете посмотреть бесплатно Jenderal Nasution Memarahi Laksamana Martadinata di Markas Kostrad или скачать в максимальном доступном качестве, видео которое было загружено на ютуб. Для загрузки выберите вариант из формы ниже:
Если кнопки скачивания не
загрузились
НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием видео, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу
страницы.
Спасибо за использование сервиса ClipSaver.ru
Jenderal Nasution Memarahi Laksamana Martadinata di Markas Kostrad Ini sekelumit kisah saat Jenderal Abdul Haris Nasution saat memarahi Laksamana RE Martadinata di Markas Kostrad. Jenderal Nasution, Menko Hankam merangkap Kepala Staf Angkatan Bersenjata. Sementara Martadinata adalah Menteri Panglima Angkatan Laut atau kalau sekarang Kepala Staf Angkatan Laut. Kejadian itu terjadi pada tanggal 1 Oktober 1965 atau beberapa jam setelah penculikan para jenderal, dimana Jenderal Nasution yang jadi salah satu target penculikan komplotan Gerakan 30 September berhasil selamat. Dalam buku, "Peristiwa 1 Oktober 1965, Kesaksian Jenderal Besar Abdul Haris Nasution: Apa yang Sesungguhnya Terjadi?" yang ditulisnya sendiri, Jenderal ahli perang gerilya ini menguraikan banyak peristiwa seputar penumpasan Gerakan 30 September, dimana ia terlibat langsung didalamnya. Dalam buku tersebut, Nasution bercerita, usai selamat dari upaya penculikan, ia diungsikan ke tempat persembunyian yang aman di dekat kantor Staf Angkatan Bersenjata. Dari tempat persembunyiannya, Nasution dengan bantuan Letkol Hidayat Wirasonjaya mencoba menghimpun kekuatan Angkatan Darat yang masih setia kepadanya. "Di tempat persembunyian yang baru, yang pada waktu itu untuk kepentingan keamanan harus selalu berpindah-pindah, saya hanya diikuti oleh 2 orang perwira ialah Letkol CPM Hidayat Wirasonjaya dan Mayor Sumargono, Ajudan saya," kata Nasution. Kata Nasution, pada pagi hari, di tempat persembunyiannya ia mendengar pengumuman Letkol Untung Syamsuri tentang Gerakan 30 September yang diikuti oleh pengumuman pembentukan Dewan Revolusi. Lalu setelah ia mendengar siaran radio RRI yang menyiarkan pengumuman Letkol Untung, ia memerintahkan Letkol CPM Hidayat Wirasonjaya untuk mencari beberapa keterangan tentang keadaan yang sebenarnya, tetapi tidak berhasil mendapatkan keterangan yang jelas tentang situasi dan hanya melaporkan bahwa ia telah ketemu dengan Pangkostrad Mayjen Soeharto dan Pangdam V Jaya Brigjen Umar Wirahadikusuma. " Dan telah dilaporkan bahwa saya dalam keadaan selamat," kata Nasution. Siaran Letkol Untung, lalu adanya gerakan Cakrabirawa, ia coba hubungkan dengan hal-hal tersebut tadi. Kata Nasution, arah penyelidikan pun terarah ke Istana, PKI dan Badan Pusat Intelijen sebagai sumber info yang utama. "Pada lebih kurang pukul 09.00 saya perintahkan lagi Letkol CPM Hidayat Wirasonjaya untuk menghadap Pangkostrad dengan membawa pesan saya antara lain supaya, melokalisir pasukan lawan, menutup kota, minta bantuan pasukan dari Kodam VI Siliwangi, menggunakan RRI Bandung untuk membantah adanya Dewan Jenderal, memperoleh kepastian bagaimana Presiden. Juga segera menghubungi Menteri Panglima Angkatan Laut, Menteri Panglima Angkatan Kepolisian dan Panglima KKO Mayor Jenderal KKO Hartono," tutur Nasution. Setelah beberapa saat Letkol CPM Hidayat Wirasonjaya datang dan melaporkan telah menyelesaikan perintah-perintah yang ia berikan tersebut. Letkol Hidayat melaporkan bahwa keadaan situasi yang sebenarnya belum jelas dan tentang di mana Presiden berada belum diketahui. "Dan bahwa Panglima Kostrad serta Pangdam Jaya ternyata telah bertindak segaris dengan keinginan Kepala Staf Angkatan Bersenjata tersebut," kata Nasution. Kemudian Nasution memerintahkan kembali Letkol CPM Hidayat Wirasonjaya untuk pergi ke Kostrad lagi yang jarak dari rumah persembunyian cukup dekat dengan sepeda motor. Kurang lebih pukul satu siang, Letkol CPM Hidayat sudah kembali. "Letkol CPM Hidayat Wirasonjaya melaporkan lebih kurang dan antara lain, pasukan yang ada di Lapangan Merdeka sedang dihubungi oleh Kostrad dan sudah kontak, utusan untuk menemui Menteri Panglima Angkatan Udara tidak berhasil karena yang tersebut belakangan sudah tak berada di rumahnya," kata Nasution. Letkol Hidayat juga melaporkan, bahwa Menpangal masih di Halim atas panggilan Presiden dan nasibnya dikhawatirkan. Lalu situasi Halim mencurigakan, apalagi setelah ada order Menpangau. "Presiden sudah diketahui dengan pasti berada di Lapangan Halim, karena beliau memanggil Brigjen Umar Wirahadikusuma Pangdam V Jaya untuk menghadap beliau di Halim, tetapi sementara tak dapat dipenuhi panggilan tersebut berhubung disangsikan, apakah beliau di situ bebas atau dalam tahanan atau bagaimana," ungkap Nasution. Dengan laporan ini, dan setelah memikirkan pengumuman- pengumuman Letkol Untung tentang personalia Dewan Revolusi, dan lain-lain tindakan, Nasution berpendapat, perlu selekasnya diambil tindakan tegas yang menyeluruh, dengan terjamin kerjasama AD dengan Angkatan-angkatan lain. " Maka saya buat instruksi dengan tulisan sendiri sebagai berikut, pertama pejabat Menpangad Mayjen Soeharto, dua pejabat Menpangal Laksamana Mulyadi, selama Laksamana Martadinata ditahan di Halim, tiga Menteri Angkatan Kepolisian Irjen Sutjipto Yudodihardjo melalui wakilnya," kata Nasution.