У нас вы можете посмотреть бесплатно Pakar Ahli Jiwa Mintarsih Abdul Latief Jelaskan Soal Kejanggalan Tewasnya Brigadir Ridhal Ali Tomi или скачать в максимальном доступном качестве, видео которое было загружено на ютуб. Для загрузки выберите вариант из формы ниже:
Если кнопки скачивания не
загрузились
НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием видео, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу
страницы.
Спасибо за использование сервиса ClipSaver.ru
Masyarakat hingga hari ini masih menunggu kejelasan kasus tewasnya Brigadir Ridhal Ali Tomi (RAT), yang sebelumnya dikabarkan hanya sebatas kasus bunuh diri, dan secara perlahan akan dilupakan mirip tewasnya ajudan Kapolda Kalimantan Utara (Kaltara) Irjen Pol Daniel Adityajaya, Brigpol Setyo Herlambang di rumah dinas Kapolda Kaltara. Banyak kalangan selain netizen atau masyarakat ikut mempertanyakan keanehan tewasnya RAT, yang sontak menghebohkan jagad pemberitaan nasional. Bahkan Dr. Mintarsih Abdul Latief Sp.KJ menerangkan bahwa menjadi hal yang wajar jika publik mempertanyakan, karena bukan sekadar ada yang janggal, tapi untuk selalu diingat aparat negara bukan pihak swasta dan aparat negara jelas digaji rakyat. "Kalau kita lihat dari apa yang terjadi, itu memang ada suatu kejanggalan, dan memang masyarakat pun menilai itu banyak kejanggalan. Jadi apakah benar itu bunuh diri? Kalau kita lihat misalnya pada contoh Ferdy Sambo, seorang ajudan kalau mengetahui rahasia, ya mungkin resiko untuk dibongkar, maka dia harus mati," ujar Mintarsih kepada wartawan di Jakarta, Rabu 8 Mei 2024. Lanjut Mintarsih begitu juga, apakah yang seperti itu yang terjadi, bahwa dia (RAT) melihat sesuatu, mengikuti sesuatu, yang seharusnya dirahasiakan. "Maka dia (RAT) harus mati. Kemudian kita lihat lagi persaingan antar (pengusaha) batubara, itu kan juga cukup terkenal bahwa persaingannya itu keras, keras itu bisa terjadi bunuh-bunuhan," pungkas Mintarsih yang dikenal juga sebagai penulis buku Intervention Strategies for Street Gangs bersama Helmut L. Sell Pimpinan Regional Office for South East Asia, World Health Organization (WHO) Division of Mental Health. Dalam pemberitaan sebelumnya bahwa dugaan kasus pembunuhan, ikut membuat Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR RI akan memanggil pemilik Toyota Alphard. Pemanggilan itu terkait kasus tewasnya Brigadir RAT, dimana pemanggilan itu nantinya untuk pemeriksaan terkait penggunaan pelat nomor DPR. Wakil Ketua MKD DPR RI Nazaruddin Dek Gam mengatakan, Toyota Alphard yang ada dalam kasus tersebut dipastikan menggunakan nomor pelat palsu, lantaran penggunaan angka yang tidak sesuai dengan administrasi DPR. Dijelaskannya Alphard itu menggunakan pelat nomor DPR dengan angka 23-12. Dia pun memastikan tidak ada keterkaitan antara anggota DPR dengan mobil berpelat palsu yang berkaitan dengan kematian Brigadir RAT tersebut. Menurutnya pimpinan maupun anggota DPR menggunakan pelat nomor yang sesuai dengan registrasi. "Angkanya sudah di atas sepuluh, 23, itu pemalsuan, nggak ada hubungannya sama DPR," tegas Nazaruddin kepada wartawan, Senin 6 Mei 2024. Untuk diketahui dalam satu bulan terakhir, MKD menerima tiga laporan penggunaan pelat nomor DPR palsu. Selain Alphard tersebut, dua mobil lainnya yang belum diketahui identitas pemiliknya, yakni Mercedes G-Class dan Toyota Alphard lain. "Belum ketemu lagi siapa. Saya kemarin telepon Dirlantas, saya minta siapa pemilik tersebut. Nanti kami beri surat (pemanggilan) juga. Namun, kalau yang (dalam kasus) bunuh diri itu kan sudah ketahuan," ujarnya. "Kami akan panggil mereka tanggal 15 (Mei). InsyaAllah. Masuk masa sidang," bebernya lagi. Ditambahkan bahwa pemilik kendaraan tersebut bernama Indra Pratama yang berdomisili di kawasan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Dia menyebut MKD tidak mengetahui identitas sosok tersebut secara terperinci, baik terkait pekerjaannya, maupun identitas lainnya. Sebelumnya, Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Selatan menemukan luka tembak di bagian kepala anggota Polresta Manado, Sulawesi Utara, yang meninggal dunia di sebuah rumah mewah di Jalan Mampang Prapatan IV, Jakarta Selatan yang santer disebut adalah rumah mantan Menteri Tenaga Kerja Fahmi Idris. Kemudian setelah diidentifikasi orang yang meninggal dunia di dalam sebuah mobil mewah tersebut inisial Ridhal Ali Tomi (RA) menyusul Kombes Julianto Parlindungan Sirait dan Kasatlantas Polresta Manado, Kompol Yulfa Irawati diperiksa Propam Polri. #polri #case #psikiater