У нас вы можете посмотреть бесплатно DRAMA KOLOSAL || TRAGEDI PENIWEN AFFAIR 19 FEBRUARI 1949 или скачать в максимальном доступном качестве, видео которое было загружено на ютуб. Для загрузки выберите вариант из формы ниже:
Если кнопки скачивания не
загрузились
НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием видео, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу
страницы.
Спасибо за использование сервиса ClipSaver.ru
Drama kolosal ini dibuat atas inisiatif para pemuda Peniwen. Naskah diitulis oleh Ibu Yekti Andareni, S.Pd.SD, berdasarkan kisah nyata yang dialami oleh pelaku sejarah antara lain : Bpk Husodo (alm), Bpk JS. Soewarso, Ibu Tremini dan Ibu Sri sebagai saksi hidup. Dimainkan oleh warga desa Peniwen bersama anggota PMI kabupaten Malang, dengan sutradara Moh. Antar Thalib dan Ibu Yekti Andareni. Setelah Jepang mengaku kalah kepada sekutu di tahun 1945, secara otomatis Indonesia dianggap lagi menjadi milik Belanda. Akibatnya, negara kompeni itu kembali ke Indonesia untuk merebut wilayah yang telah lama mereka kuasai. Mengetahui hal itu, tentu saja rakyat Indonesia tidak terima dan mempertahankan wilayah-wilayah yang dianggap vital oleh Belanda. Perangpun berkecamuk lagi di Indonesia mulai dari Agresi Militer I hingga Agresi Militer II yang terjadi pada tahun 1948 -1949. Perlawanan para pejuang dan rakyat Indonesia terjadi dimana-mana. Beberapa kawasan difungsikan sebagai tempat perawatan korban perang. Anggota PMI, dan juga PMR yang sejatinya masih pelajar ikut berjuang untuk menolong dan menyembuhkan para pejuang. Salah satu desa yang digunakan untuk pusat pengobatan korban perang adalah Desa Peniwen Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang. Sebuah desa di kaki gunung Kawi lereng selatan yang asri, nyaman, subur dan makmur. Di sini berdiri sebuah rumah pengobatan bernama Panti Husodo yang kala itu dijadikan sebagai pusat penyembuhan dan rehabilitasi dari pejuang yang menjadi korban perang. Pada tanggal 16 Januari 1949, Belanda memasuki Desa Peniwen untuk pertama kalinya. Mereka mulai menyebarkan kekejaman dengan membunuh seorang anggota CPM. Mereka menerobos ke perkampungan dengan menembakkan senjatanya. Pada tanggal 16 Januari 1949, Mereka juga menangkap dan menganiaya Pak Wuryan salah seorang penduduk yang sudah usia lanjut. Karena dianggap membandel disuruh memanjat pohon kelapa menolak maka Pak Wuryan dianiaya oleh tentara Belanda. Mereka juga membunuh seorang pemuda bernama Soewan. Pada tanggal 31 Januari 1949, tentara Belanda memasuki Desa Peniwen untuk yang kedua kalinya. Kali ini mereka menemui Kepala Desa Peniwen yaitu Pak Arjo Wibowo dan minta ditunjukkan tempat persembunyian tentara Republik Indonesia. Akan tetapi Pak Arjo Wibowo tidak mau menunjukkan keberaaan tentara RI. Mendengar itu, tentara Belanda menjadi marah dan menangkap Pak Arjo. Mereka membawanya ke markas Belanda untuk diinterogasi. Tetapi Pak Arjo tetap teguh pendiriannya dan tidak mau buka mulut. Pada tanggal 19 Februari 1949, satuan patroli Belanda memasuki Desa Peniwen dari arah barat dengan kekuatan kurang lebih satu kompi, lengkap dengan persenjataan. Begitu mulai memasuki desa, mereka telah menghambur-hamburkan pelurunya. Tentara Belanda itu lalu masuk ke RS Panti Husodo. Dengan beringas mereka mengobrak-abrik persediaan obat-obatan yang ada, dan menyiksa para relawan PMR. Demikianlah, para PMR itu dengan gagah berani melawan tentara Belanda. Hal ini membuat tentara Belanda naik pitam dan semakin marah. Akhirnya, mereka menembaki para relawan PMR itu dengan membabi buta di halaman RS. Panti Husodo. Peristiwa pembantaian PMR di Desa Peniwen ini memancing reaksi pihak gereja Peniwen. Gembala gereja saat itu, DS Martodipuro mengirim surat protes dan keberatan atas pembantaian terhadap warga sipil serta PMR, kepada jaringan gereja Jawa Timur. Surat itu segera ditembuskan ke gereja tingkat nasional, serta dunia. ragedi di Peniwen tersebut menyebar secara cepat dan menjadi perhatian dunia internasional saat itu. Hal tersebut membuat Peniwen dan Indonesia mendapat dukungan dari Perancis, Swiss, Argentina, Jerman hingga Inggris. Negara-negara dunia menekan dan memaksa Belanda untuk menghentikan agresinya. Demikianlah, dalam Tragedi Peniwen Affair ini, sebanyak dua belas relawan PMR telah gugur demi bangsa dan negara Indonesia. Mereka adalah: Matsaid, Slamet Ponidjo Inswihardjo, Suyono Inswihardjo,Sugiyanto, JW Paindong, Roby Andris, Wiyarno, Kodori, Said, Sowan, Nakrowi, dan Soedono. Sedangkan lima warga sipil yang dibantai Belanda adalah: Wagimo, Rantiman, Twiandoyo, Sriaji dan Pak Kemis. Untuk mengenang jasa para pahlawan ini, maka dibangunlah Monumen Peniwen Affair di desa Peniwen, sebuah monument PMR yang diakui secara internasional. #DramaKolosal #MonumenPeniwenAffair2020 #SejarahMonumen #TragediPembantaian #19Februari1949 #DesaPeniwen