 
                                У нас вы можете посмотреть бесплатно ALAM MENGIRIMU KESINI UNTUK MELIHAT VIDEO INI - PERJALANAN ROH SETELAH KEMATIAN. или скачать в максимальном доступном качестве, видео которое было загружено на ютуб. Для загрузки выберите вариант из формы ниже:
                        Если кнопки скачивания не
                            загрузились
                            НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
                        
                        Если возникают проблемы со скачиванием видео, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу
                        страницы. 
                        Спасибо за использование сервиса ClipSaver.ru
                    
Ini adalah kisah perjalanan seorang yang baru saja meninggal dunia, bukan karena kecelakaan atau penyakit, melainkan karena usianya yang telah mencapai batasnya. Dalam ajaran Hindu di Bali, cerita ini dikenal sebagai Atma Prasangsa, kisah perjalanan roh menuju alam selanjutnya. Semasa hidup, ia adalah pribadi yang tekun mempelajari sastra-sastra agama, penuh bakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta senantiasa menjaga hubungan harmonis dengan sesama dan lingkungannya. Kini, saat roh itu keluar dari tubuh kasarnya, ia memandang jasad yang selama ini menemaninya—bagaikan pakaian usang yang telah selesai menjalankan tugasnya. Dengan penuh kesadaran, sang roh berkata, *"Wahai tubuhku, terima kasih telah menjadi wadah selama aku menjalani kehidupan di dunia. Kini, kembalilah engkau pada asalmu. Yang berasal dari tanah, kembalilah menjadi tanah. Yang berupa air, bersatulah kembali dengan air. Yang berupa api, menyatu kembali dengan nyala semesta. Yang berupa udara, lebur kembali dalam angin. Dan yang berupa ruang, pulanglah ke angkasa. Kelak, saat waktunya tiba, kalian akan menjadi tubuh bagi kehidupan baru. Tanah akan melahirkan buah dan sayuran. Udara akan dihirup dalam napas kehidupan. Air akan mengalir kembali dalam siklusnya. Segala sesuatu akan kembali pada keseimbangan.”* Setelah mengucapkan perpisahan kepada jasadnya, sang atma (roh) bersiap melanjutkan perjalanan menuju alam selanjutnya, menapaki takdir yang telah menantinya. Scene 2 Setelah melepaskan tubuh kasarnya, sang atma bersiap memulai perjalanan spiritualnya. Langkah pertamanya adalah menuju merajan, tempat suci di pekarangan rumah, untuk berpamitan kepada Betara Sanghyang Guru, dewa pelindung yang menjaga kesejahteraan dan keseimbangan dalam lingkungan keluarga. Sesampainya di hadapan Betara Guru, sang atma bersujud dengan penuh hormat dan berkata, "Wahai Betara Guru, aku adalah sentana-Mu, yang lahir dan dibesarkan dalam rumah yang Engkau lindungi. Kini, tubuh kasarku telah kutinggalkan, dan aku harus melanjutkan perjalanan menuju alam yang baru. Dengan segala kerendahan hati, aku memohon restu-Mu. Sembah baktiku kepada-Mu kini akan diteruskan oleh anak-anakku. Berikanlah aku jalan agar perjalananku penuh terang dan kedamaian.” Mendengar permohonan itu, Betara Guru mengangguk dengan penuh kebijaksanaan. Suaranya bergema lembut namun tegas, "Waktumu di dunia telah usai, dan perjalananmu masih panjang. Pergilah ke Pura Dalem, temuilah Dewi Durga, penguasa kegelapan. Pamitanlah kepadanya sebelum engkau melangkah lebih jauh." Sang atma pun menghaturkan sembah terakhirnya sebelum meninggalkan merajan. Dengan langkah ringan, ia melanjutkan perjalanannya menuju Pura Dalem, tempat di mana ia harus berpamitan kepada sang penguasa alam kegelapan sebelum memasuki tahap selanjutnya dalam perjalanannya menuju moksha. Scene 3 Saat sang atma tiba di gerbang Pura Dalem, langit telah berubah temaram, menandakan datangnya malam. Suasana mencekam menyelimuti sekelilingnya. Dari kejauhan, terdengar suara-suara yang menggema di kegelapan—raungan singa yang menggema, tawa raksasa yang menggetarkan, serta bisikan-bisikan misterius yang berdesir di udara. Namun, dengan tekad yang kuat, sang atma melangkah maju, menapaki jalan menuju pelataran pura. Di dalam, ia mendapati sosok agung nan megah: Bhatari Durga, sang penguasa kegelapan. Cahaya mistis menyelimuti dirinya, memancarkan wibawa yang luar biasa. Di sekelilingnya, berjejer para rencang—pengikut setianya yang berwujud makhluk-makhluk menyeramkan. Ada harimau dengan sorot mata tajam, monyet dengan taring mencuat, raksasa berkulit kelam, serta berbagai sosok yang tak terlukiskan dengan kata-kata. Mata mereka menatap sang atma penuh selidik, seolah ingin menerkamnya kapan saja. Namun, tak satu pun berani bergerak tanpa perintah dari sang Dewi. Dengan langkah anggun namun penuh kekuatan, Bhatari Durga mendekati sang atma, berdiri tegak di hadapannya. Suaranya menggema, dalam dan berwibawa, "Wahai atma suci, janganlah gentar dengan pengikut-pengikutku. Mereka tidak akan menyakitimu, karena engkau telah menjalani hidup dengan dharma yang benar. Tak ada yang perlu kau takutkan di tempat ini." Mendengar kata-kata itu, sang atma pun menghaturkan sembah bakti dengan penuh hormat. Ia berkata, *"Bhatari Durga yang agung, aku datang untuk berpamitan dan memohon restu-Mu agar perjalanan suciku mendapat jalan yang terang. Engkau adalah penjaga keseimbangan alam, yang bersemayam dalam berbagai wujud. Saat Engkau bertahta di Pura Dalem, Engkau dikenal sebagai Bhatari Durga. Saat Engkau berada di tempat pembakaran mayat, Engkau disebut Sanghyang Berawi. Di gunung, Engkau adalah Sanghyang Giri Putri. Di danau, Engkau berwujud Dewi Danu. Di pancuran air, Engkau adalah Dewi gayatri. CREDIT TO : 'Uprising' by Scott Buckley - released under CC-BY 4.0. www.scottbuckley.com.au