У нас вы можете посмотреть бесплатно KI NARTO SABDHO: 'BANJARAN KARNO' или скачать в максимальном доступном качестве, видео которое было загружено на ютуб. Для загрузки выберите вариант из формы ниже:
Если кнопки скачивания не
загрузились
НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием видео, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу
страницы.
Спасибо за использование сервиса ClipSaver.ru
Adipati Karna...! Ya Adipati Karna....! Dia, sebenarnya adalah saudara tertua kerabat Pandhawa. Jadi Pandhawa sebenarnya bukan berjumlah lima bersaudara, tetapi enam bersaudara. Tetapi semenjak bayi, dia dibuang oleh Dewi Kunthi ibundanya, ke sungai. Penyebabnya, Dewi Kunthi merasa malu, karena ia hamil dan melahirkan seorang bayi, padahal ia masih gadis. Karna, adalah anak yang diputuskan hubungannya dengan ibu kandungnya. Dan, ia akhirnya ditemukan oleh seorang pemelihara kuda, abdi dalem Kerajaan Hastina-Pura. Ia, kemudian dibesarkan sebagai anak seorang abdi dalem keraton Hastina-Pura. Riwayat hidup Karna, penuh dengan perjuangan. Hidupnya, kemudian diabdikan kepada raja Hastina-Pura, yang telah memberikan kehormatan, harkat, martabat, dan kedudukan kepadanya. Ia bahkan diberi kedudukan sebagai seorang raja-muda di Kerajaan Awangga, dan bergelar Adipati Karna. Kesetiaannya kepada negeri Hastina-Pura, tak lantas membuat dirinya kehilangan sifat ksatrianya. Selama hidupnya, Adipati Karna selalu berusaha membela kebenaran, selalu berusaha mengingatkan para kerabat Kurawa, supaya berbuat baik dan menjunjung tinggi sifat ksatria. Pagelaran 'banjaran' ini, menceritakan seluruh riwayat hidup Adipati Karna semenjak muda, sampai ia gugur di medan laga Palagan Kuru-Setra, dalam perang besar Barata-Yudha; justru oleh adiknya sendiri Radyan Arjuna. Dalam hal keahlian memanah, sebenarnya Adipati Karna jauh lebih mumpuni, jika dibandingkan dengan Radyan Arjuna. Dalam perang besar Barata-Yudha, Radyan Arjuna akhirnya bisa membunuh kakaknya, Adipati Karna. Tetapi keberhasilan Radyan Arjuna itu, sebenarnya atas bantuan Prabu Kresna, yang menjadi juru-mudi kereta perang Radyan Arjuna. Pihak lain, yang juga membuat Adipati Karna terbunuh, adalah mertuanya sendiri, yang juga bertindak sebagai juru-mudi kereta perangnya. Saat Adipati Karna membidikkan anak panahnya kepada Radyan Arjuna, Prabu Salya, mertuanya yang bertindak sebagai juru-mudi kereta perangnya, menyentakkan tali-tali kendali kuda, sehingga kuda-kuda penarik kereta perangnya melonjak. Akibatnya, kereta perang berguncang, dan bidikan Adipati Karna menjadi sedikit meleset dari sasarannya, yaitu leher Radyan Arjuna. Di lain pihak, Prabu Kresna yang tahu benar, bahwa bidikan Adipati Karna pasti akan mengenai leher Radyan Arjuna. Maka seketika itu juga Prabu Kresna menarik tali kendali kuda-kuda penarik kereta perang Radyan Arjuna. Akibatnya, kereta perang tersentak, maka anak panah Adipati Karna meleset dari sasaran. Anak panah Adipati Karna mengenai bagian atas kepala Radyan Arjuna, dan berakibat sekepal rambut Radyan Arjuna lepas terpotong. Dalam kegalauan, Radyan Arjuna dibesarkan dan diyakinkan hatinya oleh Prabu Kresna. Akhir dari riwayat Adipati Karna, adalah saat sang kakak tertua kerabat Pandhawa ini terbunuh oleh anak panah Radyan Arjuna. Ada berbagai versi cerita tentang episoda ini. Salah satunya, diceritakan bahwa Radyan Arjuna tak tega saat hendak memanah Adipati Karna yang sebenarnya adalah kakaknya sendiri. Karenanya, ia memejamkan mata saat membidikkan anak panahnya. Prabu Kresna yang melihat kejadian ini, segera bertindak mengatur dan mengarahkan kuda-kudanya sedemikian rupa, sehingga arah panah Radyan Arjuna, tepat mengenai leher Adipati Karna. Seketika leher sang Adipati Karna putus terpenggal. Kepala Adipati Karna jatuh menggelundung ke permukaan bumi. Sedangkan tubuhnya tergelayut pada dinding kereta perangnya. Saat Radyan Arjuna melihat peristiwa itu, ia berlari mendekati tubuh kakaknya yang tergelayut pada dinding kereta perangnya. Dan, saat Radyan Arjuna melihat kepala Adipati Karna yang tergolek di permukaan bumi, seketika itu juga Radyan Arjuna jatuh pingsan.... Adipati Karna, saudara tua Pandhawa yang tersisihkan. Ia gugur, dalam membela harkat, martabat, dan kehormatannya. Kesetiaannya, tak ada yang meragukan. Ia bahkan tetap setia sampai mati. Dan, ia membuktikannya tanpa ragu-ragu sedikitpun. Meskipun demikian, dalam hati kecilnya yang paling dalam, Adipati Karna justru selalu membela kerabat Pandhawa. Ia mengorbankan dirinya, demi kejayaan saudara-saudaranya. Ia terbunuh dalam senyum. Hal inilah, yang membuat seluruh kerabat Pandhawa, termasuk Ibundanya, Dewi Kunthi, amat sangat menyesal sepanjang hayat..... Dari masa lampau, Ki Narto Sabdho almarhum, diiringi grup karawitan Condong Raos, menampilkan cerita riwayat Adipati Karna yang sendu ini dalam nuansa yang memikat dan menyentuh segala emosi pendengarnya. Bahkan, suaranya yang sangat khas, serta alunan suara 'kombangan', sulukan, antawacana (dialog), dan janturan (narasi) yang ditampilkan oleh Ki Narto Sabdho, seakan bisa menghidupkan seluruh pagelaran dari masa lampau ini, seakan dilakukan di depan kita, pada masa sekarang.....