У нас вы можете посмотреть бесплатно PRASASTI RANU KUMBOLO di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru или скачать в максимальном доступном качестве, видео которое было загружено на ютуб. Для загрузки выберите вариант из формы ниже:
Если кнопки скачивания не
загрузились
НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием видео, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу
страницы.
Спасибо за использование сервиса ClipSaver.ru
PRASASTI Ranu Kumbolo berada di dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Lokasinya kira-kira 100 meter di depan pondok besar pendaki Ranu Kumbolo, danau terbesar dan terindah dalam kawasan TNBTS, di ketinggian 2.400 meter di atas permukaan laut. Posisi Prasasti Ranu Kumbolo menghadap ke barat atau membelangkai danau. Ukuran batu prasasti ini tidak terlalu besar. Tingginya sekitar setengah meter, dengan lebar kurang dari 2 meter. Di prasasti terpahat tulisan aksara Jawa (sansekerta). Tulisan prasasti juga singkat, yaitu “Ling deva pu Kameswara tirthayatra”. Menurut arkeolog Universitas Negeri Malang, Dwi Cahyono, tulisan tersebut dapat ditafsirkan bahwa Prasasti Ranu Kumbolo dibuat oleh rohaniawan (brahmana) bernama Mpu Kameswara. Kata “yatra” di akhir tulisan berarti perjalanan spiritual. Sedangkan kata “tirtha” di belakangnya berarti air suci. Jadi, bisa diartikan bahwa tirthayatra berarti perjalanan spiritual menuju air suci. Nah, air suci inilah yang dikenal sebagai Ranu Kumbolo. Jadi, perjalanan Kameswara bukanlah perjalanan sembarangan atau asal-asalan. Namun, diduga pula, perjalanan spiritual Kameswara tidak berakhir di Ranu Kumbolo, melainkan di Mahameru (nama puncak Gunung Semeru). Dalam kepercayaan Hindu, Gunung Semeru dipandang sebagai gunung suci lantaran diidentikkan sebagai Meru di Pegunungan Himalaya yang disakralkan sebagai “nirwana” atau tempat bersemayamnya para dewa. Jadi, Ranu Kumbolo menjadi tempat persinggahan atau peristirahatan. Keberadaan prasasti ini juga menandakan bahwa Gunung Semeru telah didaki orang-orang semasa abad 14-15 Masehi sebagai pendakian suci maupun perjalanan spiritual. Perjalanan mencari air suci lazim dilakukan para rohaniawan pada masa Kerajaan Majapahit. Raja Hayam Wuruk, misalnya, mencari air suci di wilayah Malang, seperti ke Sumber Wendit, Sumberawan, dan Telaga Biru. Kegiatan Hayam Wuruk itu ditulis Mpu Prapanca dalam kitab Negara Kertagama. #GunungSemeru #RanuKumbolo #PrasastiRanuKumbolo