У нас вы можете посмотреть бесплатно Cikal Bakal Warga Pasek Kayuselem или скачать в максимальном доступном качестве, видео которое было загружено на ютуб. Для загрузки выберите вариант из формы ниже:
Если кнопки скачивания не
загрузились
НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием видео, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу
страницы.
Спасибо за использование сервиса ClipSaver.ru
Kanal Bali Jani ~ Mpu Semeru dikenal sebagai seorang pandita yang selibat, tidak menikah seumur hidup. Meskipun beliau seorang brahmacari, yang menarik, beliau punya seorang putra. Disebutkan itu terjadi berkat kesidian atau kesaktian beliau. Nama putra beliau adalah Mpu Bendesa Dryakah alias Mpu Kamareka. Begini kisahnya. Pada suatu hari, Mpu Semeru menyeberang dari Jawa ke Bali dengan tujuan menghadap Bhatara Hyang Putrajaya dan lain-lannya. Beliau datang sendiri tanpa pengiring. Mula-mula beliau tiba di Kuntulgading atau Kedisan. Kemudian beliau meneruskan perjalanan ke Tempurhyang. Mpu semeru takjub menyaksikan pemandangan alam Kedisan yang indah yang berudaran segar. Di sana beliau lalu mandi di air yang bersih dan sejuk. Seusai mandi padangan beliau tertumbuk pada tonggak kayu asam berwarna hitam karena bekas terbakar. Dengan kesidian yang beliau miliki, tonggak kayu itu dialihwujudkan menjadi manusia. Dan manusia baru itu segera menghaturkan sembah kepada Mpu Semeru. Ia mengucapkan terima kasih kepada Mpu Semeru yang telah menjadikannya manusia. Setelah itu ia kemudian bertanya, siapa gerangan beliau. Mpu Semeru menjawab, bahwa beliau datang dari Jawa dan merupakan keturunan Bhatara Hyang Gnijaya yang berstana di Gunung Lempuyang Luhur. Manusia baru itu menyatakan bahwa ia merasa sangat berhutang pada Mpu Semeru dan tidak mungkin dapat membalas kebaikan beliau. Oleh karena beliau telah menjadikannya manusia, ia lalu minta agar disucikan sekalian diberikan tuntunan dan ajaran, sehingga dapat mengikuti jejak beliau. Mpu Semeru menolak permintaannya karena ia berasal dari tonggak kayu. Mendengar jawaban itu ia menangis dan memeluk kaki Mpu Semeru. Ia minta agar dikembalikan ke wujud asalnya karena merasa tidak berguna menjadi manusia tanpa ilmu pengetahuan. Mendengar permintaan itu Mpu Semeru terdiam. Dalam diamnya beliau mendengar sabda agar memberikan tuntunan dan ajaran kepada manusia yang baru saja diciptakannya, dan ia diberi ijin untuk itu. Mpu Kamareka yang berparahyangan di Tepurhyang, senantiasa mengikuti petunjuk dan ajaran Mpu Semeru. Beliau sama sekali tidak berani menyimpang dari petunjuk dan ajaran tersebut. Di Tempurhyang terdapat gundukan-gundukan tanah, yang oleh penduduk setempat diberi nama Gowa Song. Di sana beliau lalu membangun pertapaan, melakukan yoga semadi, berpuasa tanpa makan dan minum. Sementara itu Mpu Semeru yang kembali ke Bali untuk menetap, datang ke Songan menemui Mpu Kamareka dan istrinya. Pada waktu itu ada lagi amanat yang disampaikan oleh beliau, agar memegang baik-baik Sanghyang Ongkaramantra Dyatmika. Apabila ada keturunannya kelak, agar diberitahu tentang tugas dan kewajibannya. Begitu pula supaya orang-orang Bali Aga diberitahu, bahwa sekarang beliau sebagai kesatria dan brahmana. Tetapi hanya sampai tiga keturunan, dan selanjutnya surut menjadi rakyat biasa. Sesudah lewat dari tiga keturunan, mereka disebut sebagai Pasek Kayuselem. Namun, bila memiliki kemampuan, mereka boleh menjadi bujangga atau pandita.