У нас вы можете посмотреть бесплатно KONSEP LINGGIH DEWA PITARA PADA SANGGAH KEMULAN DALAM HINDU BERSAMA IDA PANDITA MPU ACHARYA NANDA или скачать в максимальном доступном качестве, видео которое было загружено на ютуб. Для загрузки выберите вариант из формы ниже:
Если кнопки скачивания не
загрузились
НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием видео, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу
страницы.
Спасибо за использование сервиса ClipSaver.ru
Secara etimologi kata Ngelinggihang kata dasarnya yaitu linggih yang mempunyai pengertian duduk, sedangkan ngelinggihang mempunyai pengertian dudukkan, persilakan para dewa yang dipuja telah disemayamkanpada bangunan suci yang baru selesai (Tim Penyusun, 354:1978). Ngelinggihang sering disebut ngenteg linggih. Ngenteg Linggih adalah upacara penobatan/mensthanakan Sang Hyang Widhi dengan segala manifestasi-Nya pada palinggih atau bangunan suci yang dibangun, sehingga Beliau berkenan kembali setiap saat terutama manakala dilangsungkan segala kegiatan Upacara di pura yang bersangkutan. Kata dewa (deva) berasal dari kata div yang berarti bersinar. Dalam bahasa Latin dues berarti “dewa” dan “divus” berarti bersifat ketuhanan. Dalam bahasa Inggris istilah Dewa sama dengan deity, dalam bahasa Perancis “dieu” dan dalam bahasa Italia “dio”. Dalam bahasa Lithuania, kata yang sama dengan “deva” adalah “dievas”, bahasa Latvia: “dievs”, Prussia: “deiwas”. Kata-kata tersebut dianggap memiliki makna sama. “Devi” (atau Dewi) adalah sebutan untuk Dewa berjenis kelamin wanita. Para Dewa (jamak) disebut dengan istilah “Devatā” (dewata). Dalam tradisi Hindu-Jawa dan Bali umumnya, istilah Bhatara dipakai untuk merujuk kepada Dewa. Dalam tradisi Agama Hindu Dharmadi Bali, istilah Bhatara diucapkan Bêtarə, dan disamakan atau bahkan diidentikkan dengan Dewa, karena sama-sama berfungsi sebagai pelindung, contohnya: Bhatara Wisnu, Bhatara Brahma, Batara Kala, dan sebagainya. Bhatara berasal dari kata “bhatr” yang berarti pelindung. Bhatara berarti “pelindung". Jadi bhatara adalah aktivitas Sang Hyang Widhi sebagai pelindung ciptaanya, karena itu dalam pandangan agama hindu semua hal dialam semesta ini dilindungi oleh Sang Hyang Widhi dengan gelar bhatara. Sedangkan kata Hyang dapat diartikan sebagai Dewa (ta), dewa – dewi ( Madiwarsito, 1981:229), sedangkan ditinjau dari filosofi Hyang mengandung pengertian suatu keberadaan spiritual yang dimuliakan atau mendapatkan penghormatan yang khusus biasanya ini dipersonifikasikan yang bercaya dan suci. Dewa Hyang disini diartikan keadaan atma setelah meninggal, masih dibungkus oleh suksema sarira yang terdiri dari panca tanmatra dan dasendria, tri guna, cita dan karmawasana sehingga dilaksankan upacara pengabenan, selanjutnya dilaksanakan upacara ngeroras/memukur. Dalam lontar ligia disebutkan bahwa setelah upacara memukur, roh / atma orang yang diupacarai disebut dewa pitara / dewa hyang “yata awaning sang dewa pitara umungsi ana ring Acintya Bhuana, sehingga dengan keadaan demikian atma memerlukan upacara nuntun dewa hyang. Dalam tradisi di Bali dikenal dengan sebutan meajarajar, yang dilanjutkan dengan nuntun dewa hyang / dewa pitara yang selanjutnya akan disethanakan sebagai Bhatara Guru disanggah / merajan / paibon sesuai dengan tradisi kelauarga masing – masing. #idapanditampuacharyananda #dharmawecana #sulinggih #acharyanandaterbaru #baliviral #budayabaline #sanggahkemulan #sejarahpura #umathindubali #Idabhataridewidan #sejarahbali #umathindu #hindunusantara #nusantara #baliviral #hinduviral #nusantaraviral #hindu