У нас вы можете посмотреть бесплатно Kesaksian Soeharto tentang Supersemar dan Desakan Mengadili Bung Karno или скачать в максимальном доступном качестве, видео которое было загружено на ютуб. Для загрузки выберите вариант из формы ниже:
Если кнопки скачивания не
загрузились
НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием видео, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу
страницы.
Спасибо за использование сервиса ClipSaver.ru
Kesaksian Soeharto tentang Supersemar dan Desakan Mengadili Bung Karno Dalam buku otobiografinya,"Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya," yang disusun oleh G Dwipayana dan Ramadhan KH, Jenderal Soeharto, membeberkan kesaksiannya seputar Surat Perintah 11 Maret atau Supersemar dan desakan agar Bung Karno diadili karena dituduh terlibat dalam peristiwa G30S PKI. Soeharto pun bercerita. Kata dia, pada tanggal 11 Maret 1966, Menteri Veteran Mayjen, Basuki Rahmat, Menteri Perindustrian Ringan Brigjen M Jusuf, dan Pangdam V Jaya Brigjen. Amirmachmud datang di rumahnya, di Jalan Haji Agus Salim. Dalam keadaan flu berat, batuk-batuk dan tidak bisa bicara keras Soeharto menerima tiga jenderal itu. Soeharto ingat, ketika itu dirinya mengenakan piyama dan leher dibebat dengan kain angkin milik istrinya. Tiga jenderal yang menemuinya lalu menceritakan apa yang terjadi di Istana tadi pagi, sewaktu Sidang Kabinet yang tidak bisa dihadirinya karena sakit. ”Bung Karno meninggalkan sidang dengan tergesa,” kata salah seorang di antara tiga jenderal itu. Satu dari tiga jenderal itu juga menceritakan gara-gara laporan Brigjen Sabur, Komandan Cakrabirawa kepada Bung Karno, bahwa ada pasukan tidak dikenal mengepung Istana yang rupanya bikin Bung Karno resah. Berdasarkan cerita yang disampaikan tiga jenderal itu, setelah dapat laporan dari Sabur, dengan tergesa-gesa Bung Karno meninggalkan sidang dan diajaknya Subandrio dan Chaerul Saleh. Dengan helikopter mereka terbang ke Bogor. Pimpinan sidang diserahkan kepada Waperdam II Leimena, yang kemudian segera menutupnya saja, karena acaranya tidak menentu. Menurut Soeharto, setelah menemuinya kemudian ketiga jenderal itu mengambil inisiatif untuk menyusul Bung Karno ke Bogor dengan maksud menemui Bung Karno agar lebih tentram dan sekaligus menunjukkan kepada Bung Karno bahwa Angkatan Darat tidak mengucilkannya. "Sebelum berangkat ketiga jenderal itu minta izin saya dan bertanya apa pesan saya. Saya jawab, "Sampaikan salam dan hormat saya kepada Bung Karno. Laporkan, saya dalam keadaan sakit. Kalau saya -diberi kepercayaan, keadaan sekarang ini akan saya atasi."Dengan pesan itu ketiga jenderal berangkat ke Bogor," tutur Soeharto. Pada malamnya, kata Soeharto tiga jenderal sudah datang kembali di rumahnya di Jalan Haji Agus Salim dengan menyerahkan surat perintah dari Presiden Soekarno. Setelah Soeharto membaca surat perintah tertanggal 11 Maret 1966 itu dan memahami isinya, seketika itu ia mengambil keputusan. "Bubarkan PKI, segera adakan rapat staf dan undang semua Panglima Angkatan di Kostrad," ujar Soeharto. Jenderal Basuki Rahmat juga bersiap-siap memberi penjelasan mengenai surat perintah itu. Akhirnya rapat di Markas Kostrad digelar yang dihadiri para panglima angkatan yang kebetulan sedang ada di Jakarta karena akan dapat arahan dari Presiden Soekarno. "Rapat di Kostrad saya buka dengan memberi penjelasan tentang situasi terakhir, khususnya jalannya sidang kabinet, perginya tiga jenderal ke Bogor atas izin saya dan kemudian kembalinya mereka dengan membawa surat perintah dari Presiden Soekarno untuk saya. Saya beri kesempatan kepada Jenderal Basuki Rahmat untuk menjelaskan," kata Soeharto. Mayjen Basuki pun kemudian menceritakan kembali kronologi peristiwa hingga keluarnya Supersemar. Para jenderal yang hadir dalam rapat mendengarkannya. Secara kronologis Jenderal Basuki Rahmat menceritakan kejadian di Bogor. Menurut cerita Jenderal Basuki, setibanya di Istana, mereka melaporkan maksud dan tujuan mereka datang. Mereka mendapat dampratan dari Bung Karno, karena Bung Karno merasa dibiarkan kewibawaannya dirongrong oleh demonstran. Akhirnya ada pertanyaan dari Bung Karno, apa yang harus dilakukan sekarang? Di antara tiga jenderal ada yang menyampaikan pesan saya dengan bahasanya sendiri: "Percayakan saja kepada Pak Harto.” Menurut cerita Jenderal Basuki, Bung Karno marah lagi, karena merasa sudah memberi kepercayaan kepada Soeharto tetapi tidak ada tindakan apa-apa. Disambung lagi oleh salah seorang dari ketiga jenderal itu, "Barangkali diperlukan surat perintah.” "Baik, siapkan surat perintah itu,” jawab Bung Karno.