У нас вы можете посмотреть бесплатно KEBIJAKAN BLUNDER DONALD TRUMP - TARIF IMPOR RESIPROKAL - INDONESIA SIAP MELAWAN? или скачать в максимальном доступном качестве, видео которое было загружено на ютуб. Для загрузки выберите вариант из формы ниже:
Если кнопки скачивания не
загрузились
НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием видео, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу
страницы.
Спасибо за использование сервиса ClipSaver.ru
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif timbal balik terhadap barang impor dari berbagai negara pada Rabu 2 April 2025. Trump menyebut pengumuman tarif global INI sebagai liberation Day atau hari pembebasan karena menurutnya kebijakan tersebut membebaskan as dari praktik perdagangan yang tidak adil. Kebijakan tarif timbal balik tersebut diterapkan pada semua barang impor yang masuk ke Amerika Serikat dari berbagai negara. Trump berjanji pendapatan dari tarif asing itu akan digunakan untuk pemotongan pajak pengurangan defisit anggaran as dan mendorong kebangkitan sektor manufaktur. Namun harus disadari Trump bahwa kebijakan ini juga memiliki dampak negatif bagi warga Amerika Serikat. Salah satunya adalah harga barang berpotensi naik Sehingga memaksa warga mengeluarkan lebih banyak uang. Selain itu petani dan eksportir juga memiliki resiko terkena pembalasan dari negara-negara yang terdampak. Kemudian Apa saja dampak lain kebijakan Donald Trump ini. National public radio melaporkan bahwa beberapa produsen diperkirakan akan mengalami kerugian akibat kebijakan ini, para ekonom juga ragu terhadap peluang tarif impor yang bisa menghasilkan pendapatan sebanyak yang Trump janjikan. Selain itu kebijakan ini juga menguncang pasar keuangan seperti indeks saham yang baru saja menutup Kuartal terburuk sejak 2022 yang menyebabkan keyakinan konsumen turun ke Titik terendah dalam 12 tahun terakhir. Meskipun Trump telah berjanji akan mengikuti kebijakan negara lain terhadap barang-barang Amerika Serikat. Belakangan Trump menunjukkan sikap yang lebih lunak kebijakan tarif liberation day juga dinilai unik bukan hanya karena retorika agresif namun juga karena ketidakpastian dalam pengumumannya. sementara Trump sejauh ini telah menerapkan tarif pada baja aluminium barang Cina dan beberapa produk Meksiko dan Kanada. namun di sisi lain Trump juga kerap kali menunda mencabut atau bahkan mengancam tarif baru tanpa penjelasan yang detail. ketidakpastian inilah yang membuat dunia usaha dan investor Terus bertanya-tanya mengenai langkah Trump selanjutnya. Apa itu tarif dan bagaimana cara kerjanya? Tarif yang dimaksud di sini adalah pajak yang dikenakan pada barang-barang yang diimpor dari negara lain. Pajak itu mesti dibayar perusahaan yang membawa masuk barang-barang itu kepada pemerintah. Biasanya, tarif adalah persentase dari nilai suatu produk. Misal, tarif 20% dikenakan pada barang dari China seharga US$10 (Rp163.300). Artinya, bakal ada biaya tambahan sebesar US$2 (Rp32.660). Perusahaan dapat memilih untuk membebankan sebagian atau seluruh biaya tarif kepada pelanggan. Selama ini, Amerika Serikat mengenakan tarif lebih rendah dibanding tarif yang diterapkan negara-negara lain. Itu berarti, "pembalasan" Trump bisa membuat tarif yang ada tiba-tiba naik tajam dan, ujungnya, harga barang-barang bakal ikut melonjak. Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia muncul pada daftar tarif Trump tersebut. Disebutkan bahwa Indonesia menerapkan tarif sebesar 64% untuk barang-barang dari Amerika Serikat. kemudian mengenakan tarif sebesar 32% terhadap barang-barang Indonesia yang dijual di AS. Trump mengatakan negara-negara lain telah memperlakukan Amerika Serikat dengan buruk karena mengenakan tarif yang tidak proporsional pada impor Amerika Serikat yang ia sebut sebagai kecurangan. Sebagai balasannya, kata Trump, Amerika Serikat akan mengenakan tarif kepada negara-negara lain kira-kira setengah dari tarif yang mereka kenakan kepada Amerika Serikat. Jadi, tarif tersebut tidak akan berlaku secara timbal balik. Saya bisa saja melakukan itu, ya, tetapi akan sulit bagi banyak negara, kata Trump.