У нас вы можете посмотреть бесплатно Detik detik Perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato, Keberanian Pemuda Indonesia Capai Kemerdekaan или скачать в максимальном доступном качестве, видео которое было загружено на ютуб. Для загрузки выберите вариант из формы ниже:
Если кнопки скачивания не
загрузились
НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием видео, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу
страницы.
Спасибо за использование сервиса ClipSaver.ru
Insiden Hotel Yamato adalah peristiwa perobekan warna biru pada bendera Belanda yang berkibar di Hotel Yamato, Surabaya pada 19 September 1965. Peristiwa ini terjadi akibat gagalnya perundingan antara Soedirman (residen Surabaya) dan WVC Ploegman untuk menurunkan bendera Belanda triwarna (merah, putih, biru). Insiden tersebut bermula pascakemerdekaan Indonesia. Saat itu Soekarno mengeluarkan maklumat pada 31 Agustus 1945. Maklumat tersebut menetapkan bahwa mulai 1 September 1945, bendera nasional Sang Merah Putih dikibarkan secara terus menerus di seluruh wilayah Indonesia. Setelah itu, pada 18 September 1945, datanglah di Surabaya para opsir Sekutu dan Belanda dari Allief Forces Netherlands East Indies (AFNEI) bersama Palang Merah Jakarta. Rombongan sekutu ini kemudian ditempatkan di Hotel Yamato, Jalan Tunjungan 65, Surabaya. Sejak saat itu, Hotel Yamato dijadikan markas Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees atau Bantuan Rehabilitasi untuk Tawanan Perang dan Interniran. Kemudian, tanggal 19 September 1945, pukul 21.00 WIB, sekelompok orang Belanda di bawah pimpinan WVC Ploegman mengibarkan bendera Belanda (merah, putih, dan biru). Hal tersebut dilakukan tanpa persetujuan pemerintah daerah Surabaya. Keesokan harinya, para pemuda Surabaya melihat bendera tersebut. Mereka merasa marah, karena menganggap Belanda telah menghina kedaulatan Indonesia. Belanda juga dianggap melecehkan gerakan pengibaran bendera Merah Putih yang sedang berlangsung di Surabaya. Setelah massa berkumpul, Soedirman, Wakil Residen Surabaya, melewati kerumuman massa untuk masuk ke Hotel Yamato. Sebagai perwakilan Republik Indonesia, ia berunding bersama Ploegman. Soedirman meminta agar bendera Belanda segera diturunkan dari Hotel Yamato. Namun, permintaan Soedirman ditolak, perundingan kemudian berlangsung dengan sengit. Ploegman mengeluarkan pistol dan terjadi perkelahian antara mereka. Ploegman tewas akibat dicekik oleh Sidik, pengawal Soedirman, yang kemudian juga tewas oleh tentara Belanda. Karena situasi di dalam ruang perundingan semakin memanas, Soedirman dan Hariyono, pengawal keduanya, melarikan diri ke luar Hotel Yamato. Massa di luar hotel yang mengetahui situasi perundingan tidak berjalan baik segera mendobrak masuk ke Hotel Yamato. Sebagian pemuda berebut naik ke atas hotel untuk menurunkan bendera Belanda. Hariyono yang awalnya bersama Soedirman, kembali ke dalam hotel dan ikut memanjat tiang bendera bersama Kusno Wibowo. Keduanya berhasil menurunkan bendera Belanda, merobek bagian birunya, dan mengereknya kembali ke puncak tiang. Sesaat setelah bendera kembali naik, massa di bawah hotel dengan serentak dan lantang meneriakkan "Merdeka!" berulang kali. Setelah insiden di Hotel Yamato, pertempuran masih belum usai. Pada 27 Oktober 1945 meletuslah pertempuran pertama antara Indonesia melawan AFNEI. Berawal dari serangan-serangan kecil, lama-kelamaan serangan berubah menjadi serangan umum yang memakan banyak korban. Akhirnya, Jenderal DC Hawthorn meminta Presiden Soekarno untuk meredakan situasi dengan mengadakan gencatan senjata. Namun, gencatan senjata gagal dilakukan. Ditambah lagi dengan kejadian tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby yang diikuti dengan keluarnya ultimatum 10 November oleh pihak Inggris. Oleh karena itu,terjadilah pertempuran Surabaya terbesar dan terberat di sepanjang sejarah. Untuk mengenang momentum tersebut, tanggal 10 November ditetapkan sebagai Hari Pahlawan.