У нас вы можете посмотреть бесплатно Tak Kenal Maka Tak Sayang - A или скачать в максимальном доступном качестве, видео которое было загружено на ютуб. Для загрузки выберите вариант из формы ниже:
Если кнопки скачивания не
загрузились
НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием видео, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу
страницы.
Спасибо за использование сервиса ClipSaver.ru
Tak Kenal Maka Tak Sayang (Renungan Tauhid & Keikhlasan Jiwa) Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta. Tak cinta maka hampa pengabdian, ibadah hanya gerak tanpa ruh kehidupan. Banyak yang mengaku mengenal Tuhan, namun hatinya jauh dari kehadiran. Bibir berdzikir, tubuh bersujud, namun jiwa sibuk mengejar pujian makhluk. Dusta berkata diri bertuhan, bila tak pernah mengenal Tuhan-Nya. Sebab Tuhan yang dikenal akal semata, seringkali hanyalah bayangan ego belaka. Tuhan versi keinginan, Tuhan versi kepentingan, Tuhan yang dipanggil saat butuh, namun ditinggal saat nafsu berkuasa. Banyak amal, banyak ibadah, shalat, puasa, zakat, sedekah. Namun semua itu tak menjamin surga Allah, bila hati masih dipenuhi pamrih dan megah. Sebab amal bukan dinilai dari banyaknya, melainkan dari siapa tujuannya. Bila bukan Allah yang diniatkan, maka amal hanyalah debu diterbangkan angin. Bila tak ada ikhlas lillāh fillāh, amal lenyap, ibadah sirna. Tak tersisa kecuali lelah raga, tanpa faedah bagi jiwa yang fana. Ikhlas itu bukan ucapan, bukan pula perasaan sesaat. Ikhlas adalah kematian ego, dan hidupnya hati dalam kehendak Allah semata. Ilmu ikhlas adalah ilmu utama, pangkal semua jalan menuju sempurna jiwa. Tanpa ikhlas, ilmu menjadi hijab, tanpa ikhlas, ibadah menjadi beban. Dengan ikhlas, amal kecil bernilai agung, tanpa ikhlas, amal besar menjadi kosong. Ikhlas menjadikan hati ringan, karena tak lagi bergantung pada penilaian insan. Dari ikhlas lahir ketenangan, dari ikhlas tumbuh kebahagiaan. Bukan karena dunia berpihak, melainkan karena hati telah pulang ke hadirat-Nya. Hati tenang bukan karena memiliki, jiwa bahagia bukan karena dipuji. Namun karena Allah selalu serta, dalam lapang maupun sempit yang terasa. Kenal diri adalah awal perjalanan, mengenal Tuhan adalah tujuan hakikat pengenalan. Barang siapa mengenal kelemahan dirinya, ia akan menyaksikan keagungan Tuhannya. Saat diri dipandang hina dan fakir, saat itulah Tuhan tampak Maha Kaya dan Maha Hadir. Saat ego runtuh tak tersisa, nur Ilahi menyinari relung jiwa. Iman dan yaqīn haruslah mapan, bukan sekadar warisan ucapan. Iman yang hidup adalah iman yang dirasa, yaqīn yang nyata adalah yaqīn yang menyerta. Melihat Allah selalu di hadapan, bukan dengan mata kepala, melainkan dengan mata hati yang terjaga. Dalam diam Dia disadari, dalam gerak Dia disaksikan. Dalam senang Dia disyukuri, dalam susah Dia tetap diyakini. Sujud bukan hanya di sajadah, namun tunduknya hati sepanjang langkah. Dzikir bukan hanya lafaz lisan, namun ingat yang menetap dalam kesadaran. Sujud syukur tiada berkesudahan, atas nikmat yang tampak dan tersembunyi. Nikmat iman, nikmat Islam, nikmat dipanggil untuk mengenal-Nya. Surga itu bukan tujuan, ia hanyalah tempat kediaman. Sebab bila surga menjadi tujuan, maka ibadah masih berbalut kepentingan. Allah satu-satunya tujuan, Pemilik surga dan pemberi keselamatan. Mencari Allah adalah puncak pencarian, sementara surga hanyalah pemberian. Barang siapa menjadikan Allah tujuannya, dunia akan datang tanpa diminta. Dan akhirat akan menyambutnya, karena hatinya telah selamat dari selain-Nya. Inilah tuan sedikit nasihat, bukan untuk menggurui, melainkan untuk mengingatkan diri sendiri, agar selamat dari tipuan amal dan hijab rohani. Bila tuan mencari nikmat sejati, jangan berhenti pada rasa dan karomah diri. Carilah guru yang mendapat amanat, yang menuntun pada Allah, bukan pada hebatnya makrifat. Guru yang tak menampakkan dirinya, namun menghadirkan Allah dalam setiap nasihatnya. Guru yang mematikan ego muridnya, bukan yang membesarkan nama dan kedudukannya. Semoga Allah menuntun langkah kita, dari amal menuju ikhlas, dari ikhlas menuju ma’rifat, dan dari ma’rifat menuju ridha-Nya yang abadi. Āmīn yā Rabbal ‘ālamīn.