У нас вы можете посмотреть бесплатно Kesempatan Langka! Lihat Ritual Menanak Nasi Keraton Solo yang Hanya 8 Tahun Sekali или скачать в максимальном доступном качестве, видео которое было загружено на ютуб. Для загрузки выберите вариант из формы ниже:
Если кнопки скачивания не
загрузились
НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием видео, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу
страницы.
Спасибо за использование сервиса ClipSaver.ru
TRIBUNSOLO.COM - Keraton Kasunanan Surakarta mengadakan prosesi adat Adang Tahun Dal pada Minggu (7/9/2025) malam di Pawon Gondorasan. Prosesi menanak nasi ini langka karena diadakan setiap 8 tahun sekali sebagai rangkaian Sekaten. Acara ini dilaksanakan 8 tahun sekali dalam urutan tahun jawa yang disebut tahun Dal. Upacara ini diadakan memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Konon dandang pusaka yang digunakan telah berusia 500 tahun lebih. Dandang Kyai Dhudha ini diwariskan dari sejak jaman Ki Ageng Tarub. Prosesi adat ini merupakan puncak dari prosesi sebelumnya mulai dari Grebeg Maulud, Jamasan Dandang, hingga Adang Tahun Dal. Prosesi menanak nasi sendiri sebagai semacam bentuk peringatan akan legenda yang masyhur di tanah Jawa mengenai Jaka Tarub dan Dewi Nawangwulan. Legenda ini sangat penting karena Jaka Tarub atau Ki Ageng Tarub merupakan tokoh yang dipercaya sebagai leluhur yang kemudian melahirkan keturunan raja-raja dinasti Mataram. Dewi Nawangwulan dari kahyangan dengan saudaranya mandi di telaga. Jaka Tarub menyembunyikan salah satu bajunya. Ketika saatnya mau kembali tinggal Dewi Nawangwulan. Dewi Nawangwulan yang merupakan bidadari dari kahyangan terpaksa hidup sebagai manusia dan menikah dengan Jaka Tarub karena kehilangan selendang saktinya. Karena kesaktiannya, tiap hari Dewi Nawangwulan menanak nasi dengan hanya sebutir nasi namun dapat menghasilkan nasi yang bisa dimakan sekeluarga. Namun, ada pantangan yang harus ditaati oleh Jaka Tarub yakni tak boleh membuka dandang nasi saat proses memasak. Sayangnya, karena penasaran Jaka Tarub melanggar pantangan ini. Akhirnya kesaktian Dewi Nawangwulan pun hilang. Hingga akhirnya mengubah cara menanak nasi seperti sekarang ini. Dengan ditutup, dipususi, kemudian diadang sampai saat ini. (*) https://solo.tribunnews.com/solo/3285...