У нас вы можете посмотреть бесплатно Persembahan Terakhir Batik Legendaris Oey Soe Tjoen Dari Pekalongan или скачать в максимальном доступном качестве, видео которое было загружено на ютуб. Для загрузки выберите вариант из формы ниже:
Если кнопки скачивания не
загрузились
НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием видео, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу
страницы.
Спасибо за использование сервиса ClipSaver.ru
Kota Pekalongan terkenal akan kerajinan batik yang melegenda. Salah satu pengusaha batik peranakan yang ternama ialah Oey Soe Tjoen (OST). Usahanya kini diteruskan oleh generasi ketiga. Setiap generasi memberi sentuhan ciri khasnya sendiri, namun tetap mempertahankan kualitas batik tulis Oey Soe Tjoen. Alkisah, di tahun 1925 Oey muda memutuskan memproduksi batik tulis di rumahnya di Jalan Kedungwuni, Pekalongan. Keputusannya ini berani, karena ia keluar dari garis usaha keluarga yang memproduksi batik cetak. Oey membuat batiknya dengan melibatkan pembatik profesional. Prosesnya pun berjenjang. Seorang pekerja khusus menggarap motif daun misalnya, lalu motif tambahan dilakukan oleh pekerja lain. Batik OST bermotif tradisional khas pantai utara seperti motif pagi sore, merak, pringodani, dan bunga. Sebagaimana Oey serius menggarap batik tulisnya, seserius itu pula ia memasarkan batiknya. Oey mengajari anak buahnya untuk memasarkan batik ke orang kaya atau papan atas. Strategi ini berhasil, konon banyak saudagar kaya di pantai utara yang tertarik dan membelinya. Batik tulis OST pun digemari saudagar dari Kudus, Magelang, dan beberapa daerah lain yang kebanyakan pengusaha rokok dan tembakau. Bahkan batik Oey sempat menjadi mahar wajib para pengusaha Tionghoa. Di puncak usaha Oey, ia mempekerjakan 150 orang yang dilatih untuk membatik dengan baik. Kuncinya bagi Oey, proses produksi mesti dilakukan secara tradisional untuk mempertahankan kualitas. Pada 1980 usaha Oey beralih ke generasi kedua yakni Oey Kam Long. Di masa ini produksi batik Oey mulai menurun manakala sejak empat tahun sebelumnya, hadir produk tiruan yang dikerjakan dengan sablon atau printing. Pada kisaran tahun 2000-an, usaha batik OST dilanjutkan oleh generasi ketiga yaitu Widianti Widjaja. Ia merasakan banyak tantangan yang dihadapi sejak awal ia melanjutkan usaha. Pada 2002 ketika terjadi peristiwa Bom Bali, usaha batik Oey ikut kena imbasnya. Banyak turis asing yang membatalkan pesanan ditambah beredar isu bahwa batik Oey berhenti berproduksi. Jika pada generasi kedua, motif cuwiri dihilangkan karena banyak diproduksi oleh batik printing, di generasi ketiga, Widianti kembali memproduksi motif cuwiri pada 2009 setelah menerima pesanan dari Herman. Batik OST merupakan salah satu dari dua batik Pekalongan Peranakan yang masih bertahan sampai hari ini. Harga batik OST jika dijual lagi oleh kolektor bisa berharga puluhan hingga ratusan juta. Menurut kolektor dan pecinta batik peranakan, Yohannes Somawiharja, karena dikerjakan dengan cermat dan sempurna, wajar jika batik OST berharga tinggi. Bahkan menurutnya, batik OST disebut-sebut sebagai ‘the finest workmanship’. Hanya saja dalam video dokumenter yang tayang di kanal Youtube BBC News Indonesia, Widianti mengutarakan kegelisahannya, batik OST terancam punah. “Bisa habis atau bisa punah dalam waktu 10 tahun ke depan,” ujarnya. Penyebabnya, proses pengerjaan batik OST membutuhkan waktu lama. Menurut Widianti, jika batik dikerjakan dari pertama sampai terakhir seperti pabrik tanpa berhenti butuh 1-1,5 tahun. “Belum lagi faktor cuaca, atau pembatiknya atau saya sakit butuh waktu tiga tahun untuk satu kain,” jelasnya. Widianti yang mengalami sejumlah gangguan kesehatan beberapa waktu belakangan, membuatnya memutuskan untuk menutup pesanan batik OST dan hanya mengerjakan pesanan yang tertunda. Kegelisahan Widianti lainnya ialah karena sulitnya mencari penerus 15 karyawan pembatiknya yang sudah bekerja menjaga kualitas batik OST selama puluhan tahun. Menurutnya, kalaupun ada yang akan melanjutkan usaha batik OST harus masih keturunan Oey Soe Tjoen, dan sampai saat ini anak-anak Widiati belum ada yang tertarik melanjutkan usahanya. Sebagai persembahan terakhir, Widianti kabarnya akan mengadakan pameran batik OST yang rencananya digelar pada 2025 mendatang. Semoga saja, batik legendaris ini tak sampai punah. Subscribe dan tekan tombol jempol ke atas. Jika anda menyukai video ini, Our official website: http://bumninc.com/ Follow our social media: Facebook: / bumninc Instagram: / bumninc_id Twitter: / bumninc_id likendin : / bumn-inc-a1917a1b5