У нас вы можете посмотреть бесплатно Rapat Menegangkan di Markas Kostrad Sebelum Supersemar или скачать в максимальном доступном качестве, видео которое было загружено на ютуб. Для загрузки выберите вариант из формы ниже:
Если кнопки скачивания не
загрузились
НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием видео, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу
страницы.
Спасибо за использование сервиса ClipSaver.ru
Rapat Menegangkan di Markas Kostrad Sebelum Supersemar Dalam buku biografinya," Bertarung dalam Revolusi," yang disusun Rosihan Anwar, Ramadhan KH, Ray Rizal dan Din Madjid, mantan Pangkostrad Letjen Purnawirawan Kemal Idris bercerita tentang pengalamannya ketika dia ikut dalam operasi penumpasan G30S PKI. Ketika itu pada tahun 1966, Kemal sudah Brigjen dan sedang memegang jabatan Kepala Staf Kostrad. Pangkostrad saat itu adalah Jenderal Umar Wirahadikusumah yang menggantikan Jenderal Soeharto yang telah menjadi Menteri Panglima Angkatan Darat. Saat itu bulan Maret 1966, situasi politik pasca Gestapu masih tegang. Bung Karno, tak juga mau membubarkan PKI, partai yang di Angkatan Darat ada dibalik peristiwa berdarah Gerakan 30 September yang telah membuat enam jenderal dan satu perwira pertama TNI AD terbunuh. Menurut Kemal Idris, ketika itu konsen Angkatan Darat adalah melumpuhkan kekuatan PKI. Untuk itu dilakukan berbagai kegiatan. Langkah pertama berusaha menangkap tokoh-tokoh PKI. Salah seorang yang dianggap biang keladi G30S/PKI adalah Subandrio, Wakil Perdana Menteri, merangkap Menteri Luar Negeri dan Kepala Badan Pusat Intelijen. Waktu itu, kata Kemal, Subandrio, berada di Istana. Karena itu di sekeliling Istana, sudah ditempatkan tempatkan pasukan yang berpakaian infantri biasa padahal sebenarnya pasukan RPKAD yang dipimpin oleh Sarwo Edhie Wibowo. Kemal pun kemudian menceritakan rapat yang digelar di Markas Kostrad. Kata Kemal, rapat itu digelar pada tanggal 10 Maret 1966. Beberapa jenderal hadir dalam rapat tersebut antara lain Jenderal Panggabean, Soemitro, Moersjid, Soetjipto, Hartono Kepala Logistik Angkatan Darat dan Pangkostrad Umar Wirahadikusumah. Kemal juga ikut hadir dalam rapat tersebut. "Waktu itu kami membicarakan tentang Pangdam Jaya Amir Machmud yang kurang responsif. Dia menghalangi gerakan mahasiswa," kata Kemal. Kemal pun mengusulkan agar Amir Machmud dipanggil saja. “Panggil saja Amir Machmud itu,” ujar Kemal. Amir pun dipanggil. Tak lama kemudian Pangdam Jaya Amir Machmud datang. Lalu Amir menjelaskan di depan forum soal keberatannya akan keberadaan pasukan tanpa identitas di sekitar Istana. “Saya tidak setuju penempatan pasukan tanpa inisial mengepung Istana. Saya tahu itu RPKAD. Kalau Bung Karno bertanya bagaimana saya harus menjawab?” kata Amir. Dengar Amir ngomong begitu, Kemal langsung menyela dengan kelakarnya. “Amir, jangan takut, kalau saya jadi presiden, setiap detik kamu bisa datang." Menurut Kemal, mungkin Amir Machmud takut dicopot atau ingin mengetahui apa yang ada dalam pikiran Bung Kamo. Dia takut Bung Karno tidak percaya lagi kepadanya. Dan, kalau Bung Karno percaya kepadanya, dia bakal dapat informasi-informasi yang berguna juga untuk Angkatan Darat. Kemal mengenang, ketika pertemuan sedang berlangsung, dirinya keluar ruangan menemui stafnya untuk memberi informasi tentang masalah yang sedang dibicarakan. Tapi begitu kembali ke ruangan rapat, dia kaget. Mereka yang hadir dalam rapat sudah berdiri, menandakan rapat telah selesai. Kemal dan Jenderal Umar sebagai tuan rumah antarkan mereka sampai ke depan pintu. Setelah itu Kemal kembali ke ruangan bersama Umar Wirahadikusumah. Di dalam ruangan, Kemal menanyakan kepada Umar soal keputusan rapat. “Kamu harus menarik semua pasukan yang ditempatkan di sekeliling Istana,” kata Umar kepada Kemal. Dengar itu Kemal kaget. “Kenapa begitu?” kata Kemal. “Itu kehendak Amir," kata Jenderal Umar lagi. “Tidak bisa,” jawab Kemal tegas. Lalu menyambung omongannya. “Dengan alasan apa menarik pasukan itu kembali? Itu adalah perintah saya sebagai pimpinan. Jika itu saya lakukan bagaimana pandangan anak buah atas kepemimpinan saya? Pimpinan saja bisa dengan mudah mengubah ketetapan, bagaimana anak buah?” Waktu itu, menurut Kemal, Umar Wirahadikusumah adalah komandan seluruhnya. Amir Machmud mengurus teritorial. Dan Kemal mengurus pasukan. Penempatan pasukan Sarwo Edhie Wibowo tanpa inisial itu kata Kemal, dimulai akhir Februari atau awal bulan Maret 1966. Tujuannya adalah melakukan penangkapan terhadap Subandrio. Subandrio menurut Kemal memang bermaksud menjadi tokoh politik yang besar. Sedangkan satu-satunya cara yang bisa menjadikan dia tokoh politik hanya melalui PKI. "Tapi, apakah dia seratus persen PKI? Buat saya sebenamya dia hanya ikut-ikutan saja. Dalam upaya menangkap Subandrio kami terus-menerus mengawasi gerak geriknya," kata Kemal. Kemal sudah memperhitungkan, jika ada pasukan tanpa inisial, Subandrio pasti tidak berani ke luar. Subandrio memang berlindung di Istana. "Pak Harto yang memberi perintah penangkapannya. Caranya terserah saya," ujar Kemal. Oleh Jenderal Umar, Kemal Idris diperintahkan menarik kembali pasukan tanpa inisial itu. Menurut Umar, penarikan pasukan itu atas perintah Panggabean. Kemal dengan tegas menolak.