У нас вы можете посмотреть бесплатно Tidak ada Kata Pasrah dalam Kamus Ajaran Buddha "Bhante Cirajayo или скачать в максимальном доступном качестве, видео которое было загружено на ютуб. Для загрузки выберите вариант из формы ниже:
Если кнопки скачивания не
загрузились
НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием видео, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу
страницы.
Спасибо за использование сервиса ClipSaver.ru
Tidak Ada Kata Pasrah dalam Ajaran Buddha Sering kali, dalam menghadapi penderitaan dan kesulitan hidup, manusia cenderung mencari jalan keluar yang paling mudah: pasrah. Banyak orang menganggap bahwa jika sesuatu sudah terjadi, tidak ada yang bisa dilakukan selain menerima nasib dan berhenti berusaha. Namun, dalam ajaran Buddha, tidak ada konsep pasrah dalam arti menyerah tanpa usaha. Sebaliknya, ajaran Buddha mengajarkan penerimaan dengan kebijaksanaan serta usaha yang benar untuk keluar dari penderitaan. Pasrah Bukanlah Jalan Dhamma Pasrah sering kali dikaitkan dengan sikap menyerah pada keadaan, merasa tak berdaya, dan hanya mengikuti arus kehidupan tanpa berusaha mencari solusi. Dalam konteks spiritual, pasrah sering diartikan sebagai kepasrahan kepada suatu kekuatan luar yang akan mengatur segalanya tanpa perlu usaha dari diri sendiri. Namun, dalam Buddhisme, tidak ada Tuhan yang mengatur takdir seseorang. Setiap makhluk bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri, yang ditentukan oleh hukum kamma (karma)—sebab dan akibat dari perbuatan seseorang. Dengan kata lain, kita adalah arsitek dari kehidupan kita sendiri. Apa yang kita alami hari ini adalah hasil dari perbuatan kita di masa lalu, dan apa yang akan terjadi di masa depan adalah hasil dari perbuatan kita saat ini. Jika seseorang memilih untuk pasrah tanpa usaha, itu berarti ia berhenti menciptakan sebab-sebab yang baik bagi masa depannya. Padahal, dalam ajaran Buddha, perubahan selalu mungkin terjadi asalkan ada usaha yang benar (sammā vāyāma). Penerimaan yang Bijaksana Walaupun Buddhisme tidak mengajarkan kepasrahan, ajaran ini menekankan penerimaan dengan kebijaksanaan. Penerimaan ini bukan berarti menyerah, tetapi memahami kenyataan sebagaimana adanya (yathābhūtañāṇadassana), lalu bertindak dengan bijak berdasarkan pemahaman tersebut. Misalnya, jika seseorang menghadapi kehilangan atau kegagalan, ia tidak dianjurkan untuk meratap dan menyerah, tetapi untuk melihat dengan jernih bahwa segala sesuatu bersifat anicca (tidak kekal). Dengan menyadari bahwa perubahan adalah bagian dari kehidupan, seseorang dapat menemukan ketenangan dan melihat solusi dengan lebih baik. Dalam Sutta Nipata, Buddha bersabda: "Seperti batu besar yang tidak terguncang oleh angin, demikian pula orang bijaksana tidak terguncang oleh pujian atau celaan." Ini menunjukkan bahwa dalam menghadapi keadaan sulit, yang dibutuhkan bukan pasrah, tetapi keteguhan dan kebijaksanaan untuk tetap tenang dan bertindak dengan benar. Usaha Benar: Kunci Perubahan Dalam Jalan Mulia Berunsur Delapan (Ariya Atthangika Magga), salah satu aspek penting adalah Usaha Benar (Sammā Vāyāma). Ini berarti seseorang harus terus berusaha untuk: Mencegah munculnya pikiran dan tindakan yang buruk Menghentikan pikiran dan tindakan buruk yang sudah muncul Mengembangkan pikiran dan tindakan baik yang belum muncul Mempertahankan dan menguatkan pikiran dan tindakan baik yang sudah ada Dari sini jelas bahwa ajaran Buddha mendorong usaha aktif, bukan pasrah. Jika seseorang mengalami penderitaan, maka ia harus melakukan sesuatu untuk mengatasinya dengan cara yang benar. Jika seseorang ingin mencapai kebahagiaan, maka ia harus menciptakan sebab-sebab yang membawa kebahagiaan. Sebagai contoh, dalam kisah Angulimala, seorang pembunuh yang telah menghabisi banyak nyawa, ia tidak hanya duduk pasrah menerima karmanya. Sebaliknya, setelah bertemu Buddha, ia memilih untuk berusaha mengubah dirinya dengan menjadi bhikkhu dan menjalani kehidupan suci hingga mencapai kebebasan batin. Menghadapi Kehidupan dengan Sikap Proaktif Banyak orang merasa putus asa ketika menghadapi kesulitan, tetapi ajaran Buddha mengajarkan kita untuk bersikap proaktif, bukan reaktif. Ini berarti: Tidak membiarkan diri tenggelam dalam penderitaan, tetapi mencari cara untuk keluar darinya Tidak menyalahkan keadaan atau nasib, tetapi memahami bahwa perubahan selalu mungkin jika ada usaha Tidak hanya berdiam diri menunggu keajaiban, tetapi menciptakan perubahan dengan tindakan yang benar Buddha sendiri adalah contoh nyata dari hal ini. Setelah menyadari bahwa kehidupan penuh penderitaan, beliau tidak pasrah menerima keadaan, tetapi mencari jalan keluar hingga akhirnya mencapai pencerahan. Demikian pula, kita harus mengambil inspirasi dari ajaran-Nya dan tidak menyerah dalam menghadapi tantangan hidup. Kesimpulan Dalam ajaran Buddha, pasrah dalam arti menyerah tidak pernah diajarkan. Sebaliknya, Buddha mengajarkan penerimaan dengan kebijaksanaan dan usaha yang benar untuk mengatasi penderitaan. Setiap orang memiliki tanggung jawab atas kehidupannya sendiri, dan perubahan selalu mungkin terjadi selama ada niat dan usaha yang tepat. Daripada berkata "Aku pasrah dengan keadaanku," lebih baik berkata, "Aku menerima keadaan ini dengan bijaksana, dan aku akan berusaha melakukan yang terbaik untuk memperbaikinya." Semoga kita semua dapat menjalani kehidupan dengan kesadaran, kebijaksanaan, dan usaha yang benar, bukan dengan kepasrahan yang pasif.